Nakita.id - Maraknya penggalakan kampanye #LovingNotLabelling seolah menjadi 'lampu merah' bagi orangtua, terutama orangtua baru.
Sebagai manusia biasa, kita pasti kerap kelepasan memuji atau memberi label, bahkan memojokkan anak.
Hal ini tentu akan menjadi kekecewaan di amsa mendatang karena rupanya memberi label pada anak adalah ahl yang sangat berisiko.
Bahkan, memuji anak dengan label 'pintar' juga memengaruhi masa depannya lho Moms.
Hal ini seperti yang ditulis oleh TheAtlantic.com. Pada usia berapa pun, seseorang yang merasa dirinya pintar akan terus mengembangkan betapa ia bisa lebih pintar.
Akan tetapi, ia justru rentan saat akan melepas label 'pintar' dari dalam dirinya.
James Hamblin selaku penulis menyatakan bahwa memuji anak dengan 'Kamu pintar' justru merupakan bentuk yang kasar.
Hal tersebut justru akan mengadvokasi anak di masa mendatang.
Nalarnya, bila orangtua memuji anaknya pintar, anak-anak tersebut akan berpikir, "Oh, baiklah aku pintar'.
Lalu kemudian anak-anak itu akan mulai mengacau dan mereka kemudian berpikir ia harus pintar dalam situasi apa pun. "Oh tidak, bagaimana pun juga aku harus jadi orang pintar."
Imbasnya, ia akan menghalalkan segala cara agar ia akan selalu mendapat pujian pintar.
Salah satunya berbohong, melakukan kecurangan, dan mengabaikan berbagai proses agar ia mendapat hasil baik di mata banyak orang.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Melabel Anak 'Malas' Berdampak pada Masa Depannya
Dampaknya, akan muncul kesalahan pada otak Si Kecil.
Seperti yang dikatakan profesor Pendidikan Matematika di Universitas Stanfird, Jo Boaler, otak yang sudah mengalami salah arah justru akan berpikir semakin pendek.
"Bila saya berpikir otak saya terlalu pintar, maka akan makin banyak pula cara yang akan diperbuat untuk memperpintar otak. Tapi sebaliknya, bila seseorang berpikir ia memiliki kecerdasan yang biasa saja, justru akan tumbuh dengan baik dan terstimulasis ecara kognitif," ujar Boaler.
Baca Juga: Lakukan #5MenitAja Saat Puasa, Dijamin Dapatkan Tubuh Langsing Saat Lebaran! Mau Coba?
Boaler juga mencatat seseorang akan lebih fasih jika mau terus belajar dan menyadari kekurangannya.
Akhirnya, ia akan terus merasa tertantang dan mengasah pola pikirnya.
Boaler mengungkapkan, di usia kanak-kanak, label pintar justru akan membawa anak untuk tidak berani menantang dirinya sendiri.
Ia cenderung sangat berhati-hati dalam melakukan kesalahan sehingga terkurung dalam zona nyaman yang ia telah hadapi.
Hasilnya, ia cenderung tidak berkembang dan tidak mau mengasah pengalaman hingga masa dewasanya.
Baca Juga: Bingung Siapkan Resep dan Bahan MPASI 12 Bulan Sehat? Kenali Dulu Hal ini
"Anda dapat memberi tahu anak-anak bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang luar biasa, tetapi jangan menyebut mereka sebagai orang yang pintar," tutur Boaler.
Source | : | The Atlantic |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR