Nakita.id – Beberapa bulan terakhir ini kasus yang melibatkan perempuan dan biologisnya marak diperbincangkan.
Bagaimana tidak, menstruasi adalah bagian dari biologis perempuan akan tetapi dianggap tabu di daerah ini.
Bukan masalah tidak murni untuk acara sosial atau pun keagamaan, menstruasi di India di anggap mengganggu pekerjaan.
Baca Juga: Berikan Perlindungan Alami Saat Puasa, Si Kecil Sehat dan Orangtua Pun Tenang
Seperti dilansir dari BBC News, sebagian besar perempuan yang datang dari keluarga kurang mampu di India harus bekerja keras.
Terutama mereka yang tidak punya latar belakang pendidikan dan terpaksa harus melakukan pekerjaan kasar.
Pertama beradal dari India bagian Barat yaitu Maharashtra. Baru saja terungkap bahwa ribuan wanita mudah menjalani prosedur mengangkat rahim.
Baca Juga: Okie Agustina Diperiksa Polisi Terkait Penipuan Umrah Hingga Rp50 Juta
Prosedur bedah ini sudah berjalan selama tiga tahun terakhir, kebanyakan mereka melakukan ini karena bekerja sebagai pemanen tebu.
Setiap tahun puluhan ribu keluarga kurang mampu dari Beed, Osmanabad, Sangli dan Solapur bermigrasi ke distrik Barat.
Negara bagian barat ini dianggap lebih makmur karena merupakan lahan dari tebu.
Baca Juga: Finalis Putri Indonesia Meninggal Dunia karena Asam Lambung, Bahaya Asam Lambung Kerap Diabaikan
Sesampainya disana mereka berada di bawah kekuasaan kontraktoryang serakah dan suka mengeksploitasi pekerjanya.
Awalnya mereka enggan memperkerjakan perempuan karena memotong tebu adalah pekerjaan kasar.
Serta perempuan akan kehilangan satu atau dua hari masa kerja selama periode menstruasi mereka.
Baca Juga: Kenali Dried Fruits, Manfaatnya Bisa Memperkuat Otot Rahim Moms!
Jika mereka melewatkan satu hari pun kerja justru pekerja diwajibkan untuk membayar penalti.
Kondisi kehidupan di wilayah yang dianggap makmur itu ternyata jauh dari perkiraan.
Baca Juga: Dads Ingin Cepat Punya Anak? Konsumsi Makanan Meningkatkan Jumlah Sperma Ini
Keluarga harus tinggal di gubuk atau tenda dekat ladang, tidak ada toilet, serta panen ladang dilakukan saat malam hari.
Tidak ada waktu tetap untuk tidur atau pun bangun, sehingga pekerjaan ini jadi lebih sulit dilakukan oleh wanita.
Kondisi higienis yang buruk membuat banyak wanita tertular infeksi dan akhirnya dokter yang dianggap tak bermoral mendorong mereka untuk mengangkat rahimnya.
Sebagian besar wanita di daerah ini menikah muda dan sudah memiliki anak di umur 20-an.
Sehingga dianggap tidak bermasalah jika rahimnya diambil agar tidak ada menstruasi lagi.
Wanita disana dibuat percaya bahwa operasi angkat rahim itu tidak berbahaya, apalagi mereka sudah punya keturunan.
Baca Juga: Kembali Bersanding di Bond25, Daniel Craig dan Naomie Harris 'Tampak Tegang', Kenapa Ya?
Setelah masalah ini diangkat, Neelam Gorhe yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan mengakui ada 4.605 pembedahan angkat rahim di Beed.
Namun tidak semuanya dilakukan kepada wanita yang bekerja sebagai pemanen tebu.
Baca Juga: Liburan Bersama Si Kecil Jadi Lebih Sehat dengan Buatkan Makanan Ini Moms, Yuk Catat!
Menteri mengatakan sebuah tim sudah dibentuk untuk menelusuri kasus yang satu ini.
Maret kemarin sudah terdata sebagian perempuan yang melakukan pembedahan rata-rata usianya di bawah 40 tahun, kebanyakan masih sekitar 20-an.
Banyak perempuan yang mengeluh kesehatan memburuk setelah mereka menjalani pembedahan tersebut.
Baca Juga: Hanya Karena Kebelet Buang Air Kecil, Sebuah Pesawat Delay 8 Jam Akibat Perbuatan Wanita Ini!
“Saya merasakan sakit dipunggung terus menerus, leher, lutut. Bahkan saya pernah bangun di pagi hari dengan tangan, wajah, dan kaki yang bengkak,” ujar seorang wanita.
Bahkan ada yang mengeluh menderita pusing yang terus-menerus.
Semoga praktik pembedahan angkat rahim ini bisa ditindak lanjuti agar kualitas hidup seorang perempuan bisa lebih baik disana.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | BBC News |
Penulis | : | Rachel Anastasia Agustina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR