Nakita.id - Moms, sebagai seorang ibu tentu Moms mengetahui pentingnya peran mereka yang membantu proses persalinan.
Sosok-sosok luar biasa itu membantu Moms agar bisa melahirkan buah hati yang telah lama dinantikan.
Mereka yang memastikan tidak ada kekurangan suatu apapun pada Moms serta Si Kecil, juga membantu agar proses persalinan lebih lancar.
Baca Juga: Sempat Buat Seyembara di Media Sosialnya, Nikita Mirzani Pamer Sukses Lenyapkan Akun Tessa Mariska,
Mengingat sosok-sosok ini, mungkin Moms milenial lebih akrab mengingat dokter kandungan atau suster.
Namun yang tak kalah besar jasanya ialah bidan, Moms.
Di daerah perdesaan, bidan memiliki tugas besar dan mulia untuk membantu pemeriksaan ibu hamil, apalagi ketika sulit untuk menjangkau rumah sakit.
Bidan juga berjasa membantu proses persalinan, bahkan mungkin jadi pilihan beberapa Moms ketimbang bersalin di rumah sakit.
Seperti bidan dari daerah Burau, Luwu Timur, Sulawesi Selatan ini, begitu besar jasanya membantu banyak wanita hamil.
Melansir akun Instagram @makassar_iinfo, seorang bidan bernama Rosalina bahkan rela berjuang keras untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang bidan.
Bahkan Rosalina menempuh jarak sangat jauh dengan jalan kaki.
Untuk sampai ke puskemas tempatnya bekerja, Rosalina harus melewati 7 desa kurang lebih berjarak hingga 20 kilometer.
Lokasi puskesmas yang beda kabupaten dengan desa tempatnya tinggal itu memang sangat jauh.
Bahkan ia mesti melewat jembatan gantung minim pengamanan agar bisa menyeberangi sungai.
"Saya lewat jembatan gantung, taruhan nyawa," ujar Rosalina sambil menangis, saat menceritakan kisahnya sebagai seorang bidan di daerah terpencil.
Akan tetapi perjuangan Rosalina itu mendapatkan balasan yang bisa dibilang memprihatinkan.
Rosalina sudah mengabdikan diri sebagai bidan tenaga sukarela di dusun terpencil yang terletak di ujung Luwu Timur, Sulawesi Selatan, sejak tahun 2011.
Namun ia baru diangkat menjadi Tenaga Upah Jasa pada tahun 2018.
Lebih miris lagi, sejak Januari 2019 kemarin Rosalina belum juga mendapatkan gajinya.
“Sejak Januari saya tidak dikasih gaji. Saya kerja terpaksa pakai uang sendiri untuk pergi dan pulang kerja di Pustu,” ungkapnya.
Selain itu karena ia belum mendapat haknya, Rosalina pun harus menggunakan biaya sendiri untuk memberikan pelayanan medis.
Pihak puskesmas beralasan jika gaji Rosalina tak juga dibayarkan karena dirinya belum menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK).
Menurut Rosalina, tiap ia bertanya kapan waktunya tanda tangan SPK, kepala puskesmas tidak memberikan jawaban yang pasti.
Bahkan kerap kali menjawab jika pihak puskesmas tidak mengetahui kapan waktu penandatanganan SPK.
Rosalina yang berangkat kerja bertaruh nyawa malah disebut malas karena tak pernah mengisi daftar hadir.
Namun ia memang tak bisa leluasa mengisi daftar hadir yang disimpan di rumah kepala dusun.
Semoga Rosalina segera mendapatkan haknya ya, Moms.
Source | : | |
Penulis | : | Anisa Annan |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR