Nakita.id – Saat mengurus Si Kecil, mungkin Moms pernah menghadapi momen ketika anak bersikap agresif seperti tantrum, berteriak-teriak, atau menangis jika keinginannya tidak dipenuhi.
Sikap agresif tersebut sebenarnya merupakan suatu bagian dari proses belajar anak untuk mengendalikan dirinya.
Kendati demikian, Moms dan Dads perlu mengetahui mana sikap agresif yang merupakan bagian dari proses belajar dan mana yang sudah berlebihan.
Menurut psikolog anak Emily Mudd, umumnya sikap agresif terjadi pada anak yang berusia di bawah tiga tahun.
Baca Juga: Berikan Perlindungan Alami Saat Puasa, Si Kecil Sehat dan Orangtua Pun Tenang
"Pada tahap ini, anak-anak cenderung menggunakan ekspresi fisik dari rasa frustrasinya, karena mereka belum memiliki kemampuan bahasa untuk mengekspresikan diri," ucap Mudd.
Misalnya, anak mendorong temannya di taman. Perilaku tersebut tidak dapat disebut agresi, kecuali itu sudah berpola.
Pada saat anak sudah cukup besar untuk mengomunikasikan perasaannya secara verbal, biasanya usia 7 tahun, perilaku agresif itu akan berkurang, Moms.
Yang harus diwaspadai adalah jika anak masih kasar dan agresif, misalnya membahayakan dirinya atau orang lain.
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR