Nakita.id - Kabar duka lagi-lagi terdengar dari sosok yang begitu banyak dikagumi.
Presiden ke-3 Republik Indonesia, BJ Habibie, menghembuskan napas terakhir pada Rabu (11/9/2019) petang.
Pemilik nama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie ini meninggal di usianya yang ke-83 tahun.
Baca Juga: Cuaca Panas Kemarau Panjang Bikin Si Kecil Rentan Terkena Penyakit, Orangtua Wajib Waspada
Melansir Kompas.com, selama masa perawatan, Habibie ditangani tim dokter spesialis dengan berbagai bidang keahlian, seperti jantung, penyakit dalam, dan ginjal.
Sejumlah 44 dokter pun dikerahkan untuk merawat mantan orang nomor satu di Indonesia itu.
Kondisi Habibie memang dikabarkan sempat menurun hingga harus dirawat.
Habibie telah dirawat secara intensif di RSPAD Gatot Soebroto sejak 1 September lalu.
Sebelum meninggal, keluarga pun telah berkumpul di ICU, tempat Habibie dirawat.
Namun beberapa kali sebelumnya, Habibie memang pernah mengalami masalah kesehatan yang cukup mengkhawatirkan.
Pada 2014, Habibie dirawat di rumah sakit RSPAD Gatot Soebroto. Sebelum dipindahkan, ia sempat dirawat di Rumah Sakit Borromeus, di Kota Bandung.
Diduga, Habibie kelelahan. Sehari sebelum dirawat, Habibie menghadiri pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo dan Kalla di Kompleks Parlemen, Jakarta.
Baca Juga: Banyak Bergaul Bentuk Sikap Baik dan Rasa Hormat Si Kecil, Yuk Dicoba Moms!
Pada 2016, Habibie kembali dirawat di RSPAD. Saat itu, Habibie didiagnosa mengalami infeksi bakteri.
Akibatnya, suhu tubuh Habibie sempat mengalami demam selama beberapa hari.
Dua tahun setelahnya, yakni pada 2018, Habibie kembali menjalani perawatan karena kondisinya menurun.
Saat itu, dikabarkan ia kelelahan setelah melakukan kegiatan di berbagai kota di Indonesia.
Di tahun yang sama, ia juga sempat dirawat di Jerman karena mengalami kebocoran klep jantung.
Akibat kebocoran itu, terjadi penumpukan air pada paru-paru hingga 1,5 liter. Hal ini membuatnya sulit bernafas.
Tekanan darah Habibie, saat itu, juga meningkat sampai 180 ke atas.
Presiden Joko Widodo pun mengutus Tim Dokter Kepresidenan ke Jerman untuk memantau kesehatan Habibie.
Baca Juga: Demi Menjadi Anak Pemberani, Jangan Biarkan Anak Tidak Menghadapi Masalah dan Kegagalannya
Melansir WebMD, kondisi tekanan darah mencapai 180 ke atas disebut Malignant Hypertension atau hipertensi maligna.
Gejala utama hipertensi maligna adalah peningkatan tekanan darah 180/120 atau lebih tinggi dan tanda-tanda kerusakan organ, biasanya kerusakan terjadi pada ginjal atau mata.
Dalam kasus yang jarang terjadi, hipertensi maligna dapat menyebabkan pembengkakan otak, yang mengarah ke kondisi berbahaya yang disebut ensefalopati hipertensi.
Tekanan darah tinggi, secara umum, mempersulit ginjal untuk menyaring limbah dan racun dari darah, atau penyebab utama gagal ginjal.
Hipertensi maligna dapat menyebabkan ginjal tiba-tiba berhenti bekerja dengan baik.
Walau demikian, belum dijelaskan secara gamblang penyakit yang menyebabkan Habibie meninggal.
Baca Juga: Mengenang Penampilan Mendiang Ainun Habibie yang Anggun dalam Balutan Kebaya Klasik
Selamat jalan, BJ Habibie, jasamu akan selalu terkenang.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | Kompas.com,WebMD |
Penulis | : | Anisa Annan |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR