Nakita.id - Bayi berusia 0-6 bulan sejatinya hanya mendapatkan ASI eksklusif.
Artinya, ia hanya mendapatkan nutrisi dengan cara menyusu dari ibunya.
Nah, selebriti Andien Aisyah mencoba mempraktikkan metode BLW (Baby Lead Weaning) untuk pemberian makanan si kecil.
Ia memulainya sejak si kecil berusia 5 bulan.
Nah, justru pemberian makan bayi yang belum genap berusia 6 bulan ini menuai kontraversi.
Berikut postingan Andien saat memberi makan Baby Kawa yang berusia 5 bulan.
Netizen pun berbondong-bondong melontarkan kritikan pada sikap Andien tersebut.
Bahkan, tidak hanya orang awam, tapi juga kalangan tenaga kesehatan, termasuk dokter.
Meski begitu, Andien mengakui, sikapnya ini sudah dipikirkan matang-matang, bahkan sempat dikonsultasikan kepada dr. Ratih Ayu Wulandari, sesuai dengan metodel BLW yang dianutnya.
Respons itu mendapat tentangan dari dokter, salah satunya Aan Kusumandaru, seorang dokter yang berpraktik di RSUD Dr Moewardi, Solo.
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Solo ini, menuturkan bahaya yang mengancam bila bayi diberi makanan padat sebelum usia 6 bulan.
Salah satunya adalah gangguan pada sistem pencernaan si kecil.
Berikut postingan dr Aan di akun twitternya, merespons informasi Andien memberi MPASI di usia 5 bulan di tribunnews.com
Tidak hanya itu, dr Aan pun membuat kultwit tentang risiko memberi makanan padat di bawah usia 6 bulan:
1. Gw dibangunin dini hari buat program operasi gara2 ibu2 milenial yg pinter2 ini? Ga papa.
Gw cuma kasian bayinya.
2. Duit pajak kalian dan BPJS ikut bantu biayaiin kasus operasi kayak gini juga. Jadi ya... We sud just let Andien do those IG stories. Fun! ^^
3. Aku coba jelasin dikit. Ukuran dan gerakan usus bayi gak sama dgn dewasa. Banyak kasus, makanan padat nyangkut di junction ileum dan caecum.
4. Krn tekanan obstruksi yg tinggi, usus ikut melipat ke dalam. Terapi hanya dgn operasi.
5. But hey, what do I know right? Artis lebih jago dong
6. Iya, dioperasi ga sakit dan jd sembuh. Tapi tetep aja perkembangannya beda, dan ga sakit jg krn masuk obat2 bius yg ada gol psikotropikanya.
Tidak hanya dokter, netizen pun ikut memberikan kritik:
akmaljayajayasak, "Karepmu njhu anak anakmu sendiri sakit sakit sendiri.keminter begitu mana bs denger masukan orang..duh kasian."
zidnifatayanHmmm, "Semoga ga pneumonia aspirasi ya kak. Kakak kan public figure tolong kalo mau nyebarin informasi dilampirkan juga sumbernya drmn kalo anak umur segitu duduk tegak lurus gabakal aspirasi hehe. Takutnya malah kakak niatnya baik tp malah ngebuat dosa hehe."
Nah, memang metode Baby Led Weaning ini menuai kontraversi.
Bahkan, seorang dokter anak yang juga anggota IDAI sempat menuliskan tentang metode ini di website IDAI.
Berikut tulisan lengkapnya:
BETULKAH BABY LED WEANING LEBIH BAIK?
World Health Organization (WHO) menyarankan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dimulai paling lambat saat bayi berusia 6 bulan (timely), dengan memperhatikan kecukupan zat gizi pada MPASI (adequate), aman dan higienis dalam penyiapan dan pemberian (safe), dan diberikan secara responsif (responsive feeding).
Beberapa bulan terakhir, para orangtua mengenal metode pemberian MPASI alternatif yang banyak disebut-sebut di media sosial, yaitu baby-led weaning (BLW).
Sehingga tidak sedikit orangtua yang menjadi bingung memilih metode pemberian MPASI yang mana yang paling baik untuk sang buah hati.
Berbeda dengan pendekatan “tradisional” yang biasa dilakukan pada bayi dalam memperkenalkan MPASI, Baby-Led Weaning (LBW) adalah metode memperkenalkan MPASI dengan membiarkan bayi memilih sendiri semua makanannya (red: baby-led = dipimpin oleh bayi) sejak awal pemberian MPASI.
Walaupun sesungguhnya pada praktik pemberian makan yang tradisional memfasilitasi bayi untuk memilih sendiri makanannya juga dilakukan, tetapi tidak untuk semua jenis makanan dan umumnya tidak dilakukan sejak awal periode perkenalan MPASI.
Metode BLW diperkenalkan oleh Rapley dan Markett pada tahun 2005 setelah buku mereka yang berjudul Baby Led Weaning: Essential Guide to Introducing Solid Foods and Helping your Baby to Grow Up a Happy and Confident Eater dipublikasi.
Mereka menyarankan bayi diberi “finger food”, yaitu makanan yang dapat dipegang oleh bayi, sejak bayi berusia 6 bulan, tanpa melalui tahap pemberian makanan berkonsistensi lunak (bentuk puree atau lumat).
Orangtua menentukan apa yang ditawarkan untuk dimakan, tetapi bayi yang menentukan apa yang akan mereka pilih, berapa banyak, dan seberapa cepat menghabiskan.
Banyak perdebatan mengenai metode BLW sebagai metode pemberian ASI pertama.
Bayi yang mendapat BLW berisiko mengalami kekurangan nutrisi karena bayi yang menentukan jenis makanan yang dihabiskan dan berapa banyak.
Sering kali apa yang dipilih bayi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro terutama zat besi.
Sebagian beranggapan bahwa metode BLW mendorong bayi untuk menerima berbagai macam tekstur dan rasa makanan sehingga lebih mudah menerima makan “sehat” seperti sayur-sayuran.
Ada pula anggapan bahwa metode BLW berdampak pada kemampuan bayi mengatur rasa lapar dan mencegah obesitas. Namun hal ini tidak terbukti berdasarkan studi terbaru oleh Taylor (2017) yang menemukan bahwa bayi yang menjalani metode BLW memiliki indeks massa tubuh yang sama dengan bayi yang diberi MPASI secara konvensional.
Pemberian MPASI melalui metode BLW juga banyak ditentang karena bayi berisiko mengalami tersedak.
Dua studi kecil oleh Cameron (2013) dan Morrison (2016) mengindikasikan adanya risiko tersedak lebih tinggi pada bayi yang mendapat BLW. Studi BLISS (Baby-Led Introduction to SolidS, 2017) mencoba mengurangi risiko tersedak dengan melakukan modifikasi terhadap metode BLW, yaitu dengan tetap mengikuti aturan umum pemberian makan seperti:
* Memastikan faktor kesiapan dan keamanan bagi bayi:
* Posisi bayi harus sudah menegakkan dada dan selama proses makan dapat mempertahankan posisi tersebut
* Bayi harus selalu didampingi saat pemberian makan
* Memperkenalkan makanan yang cukup dapat digenggam oleh bayi (biasanya dalam bentuk finger food; makanan seukuran jari orang dewasa)
* Pastikan makanan cukup lembut sehingga mudah hancur di mulut
* Hindari makanan yang berisiko menyebabkan tersedak, yaitu makanan berbentuk koin, seperti kacang, popcorn, buah anggur, dan lainnya
* Perkenalkan berbagai macam makanan
* Ajak bayi makan bersama dengan anggota keluarga lain
* Hindari makanan cepat saji atau mengandung banyak gula dan garam
* Studi BLISS juga memperingatkan berbagai hal mengenai metode BLW ini, yaitu jangan berharap dengan menggunakan metode ini bayi dapat langsung menyukai makanan yang dicobanya serta bayi dapat segera mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang.
Atau juga berharap bahwa bayi langsung dapat menghabiskan makanannya dengan cepat dan tepat waktu.
Sebagai kesimpulan, metode BLW saat ini masih menimbulkan kontroversi dan belum dapat dibuktikan sebagai metode pemberian MPASI yang aman dan lebih superior dibandingkan metode pemberian MPASI yang dianjurkan WHO.
Masih banyak hal yang harus diperhatikan dengan cermat sehingga metode BLW ini masih belum dianjurkan untuk diterapkan.
Oleh karena itu, ayah dan bunda perlu menelaah lebih lanjut dan berdiskusi dengan dokter sebelum mencoba metode baru yang banyak tertulis di media sosial.
(Penulis : Dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A, Reviewer : Dr. Titis Prawitasari , Sp.A(K )--Ikatan Dokter Anak Indonesia--)
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR