Ketakutan khas fobia pun berlebihan sehingga memunculkan perilaku yang kurang tepat.
Misalnya tiap kali mengecek kolong tempat tidur karena takut ada ular di sana, mengecek bawah tempat duduk, sofa, dan tempat-tempat lain yang dicurigai ada ularnya.
2. Telusuri dari mana asal fobia.
Bila memang fobia, minta orang itu mengingat kembali sejak kapan munculnya.
Semakin spesifik ceritanya tentang penyebab fobianya, akan makin mudah melakukan terapinya.
Kalau dia tidak ingat? Ya, tidak masalah.
Baca Juga: Asyik! Melakukan Hal Ini Akan Menurunkan Berat Badan Secara Instan
3. Jangan paksa untuk ingin disembuhkan.
Tanyakan pada si pemilik fobia sejauh mana dia ingin dibantu. Tiap orang punya hak untuk menentukan hasil akhir terapi.
Misalnya fobia nasi putih. Dia ingin bisa dibantu hingga bisa memegang nasi putih, bukan sampai pada mampu makan nasi putih.
Nah, keinginan kita itulah yang menjadi tujuan terapi. Psikolog tidak boleh memaksakan kehendak pada kita.
Source | : | YouTube,kompasiana |
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR