Nakita.id - Santan merupakan bagian penting dari kuliner Indonesia.
Mulai dari gulai, lodeh, rendang, opor, kari, celimpungan, gudeg, cendol sampai kue-kue menggunakan santan.
Dahulu, tradisi orang Indonesia lebih mantap menggunakan santan dari kelapa yang diparut.
Setelah diparut, ampas kelapa tadi ditaruh di kantong plastik.
Tapi sadarkah Moms dalam menggunakan santan tradisional harus ada aspek yang diperhatikan, salah satunya aspek kebersihan.
Di sisi lain, Moms harus memperhatikan juga proses penyimpanan santan tradisional.
Santan tradisional mudah basi, meskipun sudah dimasukkan ke dalam wadah plastik dan ditaruh di kulkas dua hari sudah basi.
Lantas apakah santan kemasan menjadi solusi untuk permasalahan ini?
"Santan kemasan dan tradisional sebenarnya punya sumber yang sama dari kelapa fresh. Yang membedakan adalah santan dalam kemasan diproses dalam UHT (Ultra High Temperature) dan juga menggunakan kemasan aseptik," jelas Panji Cakrasantana, Marketing Manager Tetra Pak Indonesia, Kamis (14/11/2019).
Panji menjelaskan, proses UHT adalah produk santan dipanaskan pada 140 derajat celcius selama 8-15 detik agar steril.
"Fungsinya adalah biar mikroorganismenya hilang tapi nutrisinya tetap terjaga," jelas Panji.
Bagi Moms yang khawatir santan kemasan mengandung pengawet, agaknya keliru sebab santan kemasan dari Tetra Pak Indonesia melalui proses UHT dan memakai kemasan aseptik.
"Produk yang sudah melalui proses UHT bertemu dengan kemasan aseptik yang sudah disterilkan dalam 1 lingkungan aseptik, itulah kenapa umur simpan produk kemasan aseptik panjang dan tidak perlu pengawet," tambahnya.
"Tahun 2016 keluar peraturan dari BPOM, terkait dengan steril komersial. Jadi kalau santan ini termasuk pangan steril komersial. Artinya, sudah ada tata aturan bagaimana suatu pangan steril komersial harus diproses. Jadi santan mengalami proses yang namanya sterilisasi," jelas Dr. -Ing. Azis Boing Sitanggang, STP, MSc, Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dari Institut Pertanian Bogor.
Dokter Aziz mengatakan, UHT lebih banyak dipilih untuk produk pangan steril komersial karena UHT kombinasi dari kombinasi temperatur dan waktu pemanasan.
"Relatif sebenarnya region dari UHT itu dari 135-150 derajat celcius dengan 5-15 detik. Kalau kita kalkulasi itu mampu membunuh mikroorganisme yang bersifat patogen atau pembusuk. Makanya santan biasa kita taruh dua hari saja langsung bau. Itu karena apa? Karena terjadi reaksi biokimia di dalamnya ada enzim yang kedua karena mikroorganisme.
Jadi lewat proses UHT sudah menjamin pembunuhan mikroorganisme tadi telah dicapai dengan sempurna. Oleh karena itu santan dalam kemasan yang diproses dengan UHT tidak perlu penambahan pengawet. Karena proses yang dilakukan sudah mampu membunuh mikroorganisme.
Karena kombinasi suhu tinggi dan waktu kotak yang relatif singkat dalam hitungan detik itu makanya nutrisi di dalam santan relatif tidak rusak," jelas Dokter Aziz.
Memahami kebutuhan tersebut, Tetra Pak Indonesia, selaku perusahaan global terkemuka pada pemrosesan dan pengemasan makanan dan minuman menyadari pentingnya memberikan informasi kepada ibu rumah tangga agar tidak ragu memanfaaatkan kebaikan santan kelapa kemasan.
Melalui serangkaian teknologi pemrosesan dan pengemasan, beragam kebaikan santan kelapa kemasan yang dapat dinikmati oleh konsumen meliputi:
- Rasa dan nutrisi yang terlindungi melalui teknologi UHT dan kemasan aseptik dari Tetra Pak sehingga tidak membutuhkan pengawet
- Praktis dan tidak membutuhkan waktu lama saat menyiapkan sehingga dapat dipakai secara langsung
- Aspek kebersihan dan higienitas yang terjaga melalui kemasan aseptik
- Tersedia dalam beragam ukuran kemasan sehingga cocok untuk beragam masakan dan minuman
Jadi Moms, tak usah ragu lagi beralih ke santan kelapa kemasan.
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR