Misal, suami merupakan anak tunggal sehingga tidak memiliki pengalaman menangani adik-adiknya.
Bisa juga di keluarganya, ada pembagian yang tegas soal domestik. Dulu ayahnya sama sekali tidak terlibat dalam perawatan anak, termasuk mengurus bayi dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Tugasnya hanya mencari uang. Jadi urusan anak-anak dan rumah tangga semua di-handle ibu.
“Ini juga membuat istri sekarang komplain, kok suaminya tidak mau mengurus bayi. Padahal si suami memang belum terbiasa sehingga tidak luwes dan canggung kalau diminta mengurus anak.”
Baca juga: Kesalahan Mama yang Bikin Papa Enggan Ikut Mengasuh Anak
HARMONIS TANPA CEMBURU
Seharusnya sindrom papa baru (ataupun sindrom mama baru) tak muncul bila keduanya siap menjadi orangtua baru. Lengkap dengan segala “kekisruhannya” (rambut kucel, penampilan tidak oke, waktu berdua tersita, dan lain-lain).
Hal-hal ini seharusnya, kata Mira, diterima sebagai bonus atas kehadiran mahluk baru yang pantas dicintai di antara orangtua.
Kalaupun sindrom papa baru telanjur muncul, Moms bisa membantu dengan memahami bahwa Dads butuh waktu untuk “me time” juga.
Moms harus memisahkan waktu dan perhatiannya selain untuk bayi, juga harus perhatian kepada suaminya.
"Banyak istri yang mengira suami sudah mengerti tentang perannya, padahal tidak seperti itu kenyataannya. Itulah yang bisa menimbulkan sindrom papa baru,” jelas Mira.
Memang terkadang Dads menolak kalau dibilang cemburu atau tak siap menghadapi bayi karena ini pengalaman pertama.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR