Nakita.id.- Si bayi kecil nan imut dan lucu akhirnya dibawa pulang ke rumah. Kakek, nenek, om dan tante semua menyambut suka cita, apalagi Moms.
Hmm… tapi kok, wajah Dads kelihatan lesu dan bete melihat si kecil? Bahkan ketika Si Kecil disodorkan untuk digendong, Dads menyambut tanpa antusias. Mengapa bersikap seperti itu?
Menurut Mira D. Amir, psikolog pada Lembaga Psikologi Terapan – Universitas Indonesia, bisa jadi Dads mengalami apa yang disebut daddy’s blues syndrome alias sindrom papa baru (SPB). Gejalanya Dads terlihat tidak antusias, bahkan merasa tidak nyaman dengan kehadiran bayi.
Baca juga: Hindari Kesalahan dengan Lakukan 5 Strategi Menjadi Orangtua Baru di Enam Minggu Pertama
Penyebabnya bisa beragam, seperti Dads merasa tak siap menjadi ayah, Dads “terkejut” dengan tanggung jawab baru, ada trauma masa lalu, atau Dads cemburu pada bayi karena waktu, fisik, dan perhatian Moms semuanya tertuju ke bayi.
Dari alasan-alasan tadi, meski belum ada data yang pasti, diduga penyebab utamanya terkait dengan ketidaksiapan Dads dengan situasi baru kehadiran si bayi.
Selain tak siap, ada juga Dads yang peduli, namun tak tak berani memegang bayi. “Mungkin suami pernah melihat adik bayinya mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Atau ada riwayat dalam keluarga yang bayinya meninggal sehingga menyebabkan dia trauma,” papar Mira.
SIAP TAPI CANGGUNG
Menurut Mira, keengganan Dads memegang bayi, bisa jadi akibat Moms juga. Coba diingat kembali, pernahkah Moms menegur Dads saat memegang bayi sehingga Dads jadi takut ketika disuruh menggendongnya di hari lain?
Baca juga: Papa Juga Bisa Alami Baby Blues
“Harus diakui, kadang ekspetasi istri terhadap suami terlalu tinggi sementara si suami masih canggung terhadap urusan bayi, terutama pada papa yang baru memiliki bayi pertama kalinya. Nah, ini dia yang jadi penghambat,” ujar Mira.
Ini bisa “diperparah” kalau latar belakang keluarga suami, berbeda dalam hal kebiasaan dan pola asuh dengan istrinya.
Misal, suami merupakan anak tunggal sehingga tidak memiliki pengalaman menangani adik-adiknya.
Bisa juga di keluarganya, ada pembagian yang tegas soal domestik. Dulu ayahnya sama sekali tidak terlibat dalam perawatan anak, termasuk mengurus bayi dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Tugasnya hanya mencari uang. Jadi urusan anak-anak dan rumah tangga semua di-handle ibu.
“Ini juga membuat istri sekarang komplain, kok suaminya tidak mau mengurus bayi. Padahal si suami memang belum terbiasa sehingga tidak luwes dan canggung kalau diminta mengurus anak.”
Baca juga: Kesalahan Mama yang Bikin Papa Enggan Ikut Mengasuh Anak
HARMONIS TANPA CEMBURU
Seharusnya sindrom papa baru (ataupun sindrom mama baru) tak muncul bila keduanya siap menjadi orangtua baru. Lengkap dengan segala “kekisruhannya” (rambut kucel, penampilan tidak oke, waktu berdua tersita, dan lain-lain).
Hal-hal ini seharusnya, kata Mira, diterima sebagai bonus atas kehadiran mahluk baru yang pantas dicintai di antara orangtua.
Kalaupun sindrom papa baru telanjur muncul, Moms bisa membantu dengan memahami bahwa Dads butuh waktu untuk “me time” juga.
Moms harus memisahkan waktu dan perhatiannya selain untuk bayi, juga harus perhatian kepada suaminya.
"Banyak istri yang mengira suami sudah mengerti tentang perannya, padahal tidak seperti itu kenyataannya. Itulah yang bisa menimbulkan sindrom papa baru,” jelas Mira.
Memang terkadang Dads menolak kalau dibilang cemburu atau tak siap menghadapi bayi karena ini pengalaman pertama.
Seperti juga Moms yang baby blues, kejadian ini biasanya kalau sudah terlewat baru disadari di kemudian hari.
Baca juga: Papa, Tunjukkan Perhatian dan Kasih Sayang Dengan Memeluk Mama
Celakanya, karena Dads menolak (denial) bahwa ia mengalami sindrom itu, banyak yang enggan membicarakan kepada pasangan, karena merasa itu tidak perlu untuk dibicarakan. Padahal hal ini harus dicari solusinya lewat komunikasi dengan pasangan.
Beruntung sekarang ini di Indonesia sudah ada gerakan, bahkan beberapa kantor swasta memprakarsai cuti panjang bagi para suami yang baru memiliki bayi.
Kesempatan cuti ini hendaknya digunakan Dads untuk mengurus bayi bersama Moms. Waktu bersama ini juga bisa digunakan Moms Dads untuk saling mendekatkan diri, termasuk berdiskusi, bagaimana menghadapi peran baru sebagai orangtua.
Apa harapan masing-masing, apa keluhannya, dan mencoba mempertemukan dua pandangan itu agar dicapai kata sepakat yang fokusnya demi kebaikan si bayi.
Nah, kini Dads siap menjadi partner Moms merawat si kecil! (*)
(Soesanti Harini Hartono/nakita.id)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR