Studi juga menunjukkan hanya 10-12% dari pasien ini hidup lebih dari 5 tahun. Maka dari itu, pemeriksaan dini atau skrining usus dan pentingnya menghindari faktor risiko dengan melakukan perilaku hidup sehat sangat disarankan untuk mencegah kemungkinan kanker sejak dini.
"Sementara itu, saat ini pengobatan kanker kolorektal di Indonesia juga sangat berkembang, didukung oleh ahli, tekhnologi dan obat yang tersedia.”
Yayasan Kanker Indonesia berharap angka kematian karena kanker kolorektal dapat terus berkurang sejalan dengan kemajuan penanganan kanker ini di Indonesia, khususnya dengan tersedianya terapi target dan pemeriksaan status penanda tumor RAS, yang akan membantu pasien kanker kolorektal mendapatkan obat yang tepat (personalized treatment).
Personalized treatment memungkinkan pemakaian obat yang tepat sehingga pasien akan terhindar dari efek samping dan biaya yang tidak perlu.
BACA JUGA: Catat, 4 Kebiasaan Sepele Ini Bisa Bikin Payudara Jadi Kendur
Namun demikian, pada kasus dimana sebagian pasien kanker kolorektal menjalani pembedahan di tubuhnya untuk membuat lubang yang dibuat melalui operasi pengangkatan laring, saluran cerna (usus besar), atau saluran kemih.
Mereka atau disebut ostomate, membutuhkan pemasangan kantong stoma sebagai fasilitas sederhana agar dapat menjalani hidup normal.
Keberadaan ostomate membutuhkan pendampingan perawat yang mempunyai keahlian untuk merawat luka, stoma dan inkontinensia (WOCM - Wound, Ostomate and Continence Nurses).
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Yayasan Kanker Indonesia |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR