Nakita.id – Setiap pasangan yang baru menikah biasanya pasti mengidamkan rumah sendiri, tempat mereka membangun keluarga kecil kelak.
Sayangnya, bagi sebagian pasangan, membeli rumah pertama mungkin terdengar sangat menakutkan.
Banyak kekhawatiran yang Moms dan Dads alami.
BACA JUGA: Hah! Harus Membayar 2 juta Untuk Bisa Membawa ASI Ke Dalam Pesawat
Apakah miliki uang cukup untuk membeli rumah impian, seperti apa rumah yang akan dibeli dan segala prosesnya bisa membingungkan.
Selain itu, Dads ingin memastikan rumah itu sesuai dengan keinginan Moms dan Dads.
Tapi beberapa hal yang orang lakukan saat membeli rumah pertama mereka khawatir pada hal yang sama sekali tidak penting.
Berikut adalah empat hal yang seharusnya tidak menjadi faktor dalam memilih rumah.
Banyak pasangan yang batal membeli rumah karena merasa rumah tersebut kurang cocok.
Mereka menolak rumah yang sebenarnya sempurna karena perabot yang ada tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Seperti menginginkan meja makan atau sofa yang besar namun tidak muat untuk di rumah yang akan mereka tempati.
Atau membeli perabotan rumah tangga yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.
Tapi jika sudah terlanjur membeli barang itu dan tidak pas untuk diletakkan di rumah baru, jangan biarkan hal itu menjadi faktor apakah akan membeli rumah.
Perabotan yang tidak pas digunakan di rumah baru bisa dijual.
Atau jika Moms benar-benar menyukai meja makan itu, Moms bisa menyimpannya.
Sementara ini adalah rumah pertamamu, kemungkinan itu tidak akan menjadi yang terakhir bagimu.
Studi Asosiasi Pembangun Rumah Nasional menemukan bahwa pembeli rumah keluarga tunggal biasanya tinggal di rumah sekitar 13 tahun.
Itu berarti jika meja tidak muat di rumah ini, mungkin akan bisa digunakan di rumah berikutnya.
Tidak ada perhitungan untuk rasa. Moms dan Dads memilih warna gelap yang terlihat suram untuk dinding rumah baru kalian.
Tapi jika cat itu murah makan akan menghapus warna dinding dengan cepat.
Pembeli prospektif pertama kali sering merasa bersalah karena melihat hal-hal seperti apa adanya, daripada melihat yang seharusnya mereka lakukan.
Secara umum, lihatlah masa lalu hal-hal yang bisa dengan mudah diubah dan fokus pada apa yang tidak bisa begitu mudah dibatalkan.
Sebuah rumah yang menghadap utara akan selalu gelap.
Sebuah rumah di persimpangan sibuk akan selalu berisik.
Tetangga sebelah yang menggunakan pekarangan rumahnya sebagai bengkel mobil tidak mungkin berhenti mencari nafkah meski Moms memintanya untuk melakukannya.
Tiga hal itu yang mungkin Moms ingin bisa mengubah tetapi tidak bisa
Kebisingan, pandangan dan cahaya alami, meskipun skylight membantu.
Hal itu akan berpengaruh pada keputusan untuk memberi warna pada rumah Moms.
Terkadang Moms bersikap impulsive untuk mendapatkan apa yang Moms inginkan.
Merenovasi dapur agar sesuai dengan apa yang Moms impikan.
Jangan hanya karena menginginkan semua terlihat bagus lantas Moms mengabaikan hal-hal penting lainnya.
Lebih baik mengurusi masalah infrastruktur Atap baru, pipa ledeng baru dan sistem kelistrikan baru terlebih dahulu sebelum merenovasi dapur menjadi lebih mewah.
BACA JUGA: Hal Penting Saat Gempa Bumi Di Gedung Bertingkat. Ada 6 Hal
Moms belum punya atau bahkan tidak menginginkan anak memang tidak menjadi masalah.
Tapi bukan berarti kualitas sekolah setempat tidak Moms perhatikan sama sekali.
Sebuah rumah lebih dari sekedar tempat tinggal.
Ini juga investasi, mungkin yang terbesar yang dimiliki sampai saat ini.
Hal ini berhubungan jika Moms akan menjual rumah ini kemudian hari dan biasanya jika orang membeli rumah akan memperhatikan lingkungan sekolah di dekatnya.
Dilansir Huffingtonpost, dalam survei Realtor.com pada tahun 2013 terhadap hampir 1.000 calon pembeli rumah, 91 persen mengatakan bahwa kualitas sekolah penting dalam pencarian mereka.
Jadi, bahkan jika Moms tidak akan mengirim anak-anak ke sana, sistem sekolah lokal yang baik bisa menjadi investasi untuk rumah berikutnya.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Huffington Post |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR