Biasanya yang dibeli adalah daging, sayuran, susu, dan "mie kering panas" hidangan khas Wuhan.
Deretan supermarket itu juga ada yang punya aplikasi sendiri di WeChat, sehingga pengguna bisa memilih paket dengan harga berdasarkan berat, yang akan dikirim dalam jumlah besar.
Di daerah tempat tinggal Guo Jing misalnya, lima macam sayuran termasuk kentang dan bayi kol seberat 5,5 kilogram (kg), dibanderol 50 yuan (sekitar Rp102 ribu).
"Kamu tidak punya pilihan makanan. Kamu tidak punya keinginan pribadi lagi," keluh Guo dikutip dari AFP.
Selain minim pilihan, model pembelian kelompok seperti ini juga kurang mengakomodasi kelompok-kelompok kecil.
Sebab, supermarket punya persyaratan minimum pesanan di setiap pengiriman.
"Sejujurnya, tidak ada yang bisa kita lakukan," kata Yang Nan, manajer supermarket Lao Cun Zhang, yang butuh minimal 30 pesanan di satu pengiriman.
"Kami cuma punya empat mobil," imbuhnya.
Yang menerangkan, tokonya tidak punya karyawan untuk melayani pesanan porsi kecil.
Sementara supermarket lain yang ditelusuri AFP menyebutkan, mereka membatasi pengiriman maksimal 1.000 pesanan per hari.
"Sulit mempekerjakan karyawan baru," ujar Wang Xiuwen, yang bekerja di divisi logistik toko.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | GridHealth.ID |
Penulis | : | Ela Aprilia Putriningtyas |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR