Tidak ada cara lain, peradangan di otak kanannya semakin parah dan Santhouse harus menjalani operasi itu.
Dengan dukungan dari teman-teman dan keluarganya, Santhouse akhirnya mengambil risiko dan dioperasi.
Kehilangan separuh otak ternyata punya efek jangka panjang yang tidak menyenangkan.
Gadis yang saat itu berusia 8 tahun tidak bisa menggerakkan separuh badannya di bagian kiri.
Dia harus menggunakan penopang untuk berjalan, kehilangan sebagian besar penglihatannya, dan mengalami rasa pusing luar biasa setiap kali menggerakkan kepalanya.
Pelan-pelan, Santhouse memulai semua dari awal.
Dia belajar duduk, berdiri, mengerakkan kepalanya, dan terbiasa untuk melihat dalam jarak pandang terbatas.
Niatnya untuk tetap sekolah masih sangat kuat.
Santhouse bahkan ingin tetap kuliah dan menjadi mahasiswa meski banyak orang yang meremehkannya.
Dari semua penderita orang yang menjalani operasi pengangkatan otak, hanya ada dua orang yang melanjutkan pendidikannya hingga ke bangku kuliah.
Santhouse adalah salah satunya, dan bahkan dia berhasil menyelesaikan kuliah S2 serta mendapat gelar master pendidikan wicara.
Menjalani hidup dengan separuh otak memang bukan hal yang mudah bagi Santhouse.
Source | : | intisari |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Kusmiyati |
KOMENTAR