Ia pun mengemukakan alasan kenapa rapid test dinilai tidak efektif untuk mendeteksi Covid-19 di Indonesia.
"Kalau saya ditanya, bersama teman-teman di perhimpunan, organisasi profesi dokter-dokter, kita mengatakan ini kadung (terlanjur) udah dibeli," kata dr. Erlina.
"Kalau kadung sudah dibeli artinya dokter mengatakan ini tidak berguna dong?" potong Deddy.
"Kalau saya pribadi dan perhimpunan mengatakan lebih baik PCR yang diperbanyak, dibanding rapid test ini, karena dia men-detect antibodi, dan antibodi itu terbentuk enggak dari awal, setelah 7 hari atau setelah ada gejala," jelas dr. Erlina.
Karena baru bisa mendeteksi ketika gejala sudah muncul itulah, dr. Erlina menilai kalau alat tersebut kurang efektif.
"Kalau positif juga belum tentu Covid-19, bisa aja corona biasa, soalnya alurnya kalau positif diuji PCR, kalau negatif diulang lagi, nah kalau saya berpikir ini kalau diulang ujung-ujungnya PCR kan nambah lagi biaya, waktu, mestinya PCR diperbanyak," tukasnya.
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR