Awal gerilya
Pada 22 Desember 1948, Jenderal Sudirman memutuskan meninggalkan Yogyakarta untuk berperang dengan Belanda lewat gerilya pada masa agresi militer Belanda II.
Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), saat itu Jenderal Sudirman dalam keadaan sakit menderita TBC (Tuberculosis). Di mana paru-parunya hanya berfungsi 50 persen.
Meski sakit, tidak mengalahkan semangat Jendera Sudirman untuk berjuang melawan Belanda.
Perang gerilya yang dilakukan Jenderal Sudirman dan pasukannya merupakan sebuah respon atas Agresi Militer Belanda II.
Baca Juga: Rangkuman materi Membaca itu Asyik, Program Belajar dari Rumah untuk Siswa SMP Kelas 7, 8, dan 9
Belanda yang kembali masuk ke Indonesia terutama di Pulau Jawa pada 14 Desember 1948 dan melakukan penyerangan diberbagai wilayah.
Di Yogyakarta, Belanda menyerang Pangkalan Udara Maguwo dan selanjutnya menyerang lewat darat. Pada 19 Desember 1948, Yogyakarta mampu dilumpuhkan dan dikuasai pasukan Belanda.
Pada Agustus 1949 terjadi krisis politik militer di Yogyakarya. Sesuai perjanjian Roem Royen, Presiden Sukarno mengeluarkan perintah gencatan senjata pada, 3 Agustus 1949.
Padahal sehari sebelumnya, Jenderal Sudirman menghadap presiden untuk tetap mempertahankan kemerdekaan dengan berperang.
Cussons Baby Luncurkan Kampanye #BanggaJadiBunda, Dorong Normalisasi Apresiasi Peran Ibu
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Rachel Anastasia Agustina |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR