Sementara itu, Nael menjelaskan, ada sejumlah faktor yang membuat orangtua melakukan pembatasan keahlian kepada anak.
Seperti sosialisasi tentang gender yang orangtua dapatkan sepanjang hidupnya dari orangtua mereka, keluarga besar, lingkungan pergaulan, dan lainnya.
Ia menganggap, tindakan seperti itu membuat batasan antara menjadi laki-laki atau perempuan yang dinilai oke dan keren.
"Gender itu kan konstruksi sosial," ujar Nael.
Terkait tindakan pembuangan benda-benda yang disukai anak, Nael mengatakan, seharusnya orangtua dapat melihat keahlian pribadi anaknya.
"Bahwa dibalik merajut/menyulan anak belajar memiliki beberapa kemampuan dan life-skills yang relevan dalam hidupnya yakni ketekunan, ketelitian, dan kesabaran," lanjut dia.
Menurutnya, sikap orangtua yang sebaiknya ditunjukkan jika anak memiliki suatu keahlian yakni menanamkan pemahaman bahwa anak membutuhkan penerimaan tanpa syarat dari orangtua untuk perkembangan dirinya yang optimal.
Kemudian, orangtua sebaiknya mendampingi anak, agar anak menggali apa yang mereka sukai dari kegiatan tersebut.
"Hindari menyalahkan/menghakimi pada anak, tindakan eksplorasi minat melalui berbagai macam kegiatan bisa dilakukan," ujar Nael.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral Unggahan tentang Anak Laki-laki Tidak Diperbolehkan Merajut, Ini Tanggapan Psikolog"
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR