Ia juga menambahkan bahwa dampaknya bahkan bisa jadi lebih serius, terutama dari segi psikologi dan mental seseorang yang sejak awal sangat terkena dampak wabah Covid-19 ini.
"Yang memiliki gangguan atau dampak psikologis dari segi emosi atau pemikirannya, sekarang menjadi lebih serius. Karena mungkin ada seseorang yang belum sempat mendapat layanan psikologis awal, sekarang sudah mulai terakumulasi ke arah gangguan yang lebih serius; seperti depresi, traumatis lain yang mungkin berpengaruh terhadap kondisi mental secara keseluruhan," lanjutnya.
Gisella melihat mulai munculnya gangguan klinis, seperti depresi, hingga muncul keinginan untuk bunuh diri yang dibarengi dengan adanya konflik dari keluarga.
"Perilaku kondisi yang tadinya sudah ada, intensitasnya lebih tinggi; konflik keluarga yang toxic, sekarang mengarah ke kekerasan. Gangguan-gangguan klinis seperti depresi, keinginan menyakiti diri, bunuh diri, mulai muncul ke arah situ. Variasinya mulai beragam."
Tak hanya itu, Gisella mengungkapkan hal tersebut juga selalu terjadi setelah masa pandemi-pandemi yang lalu, sebelum adanya pandemi Covid-19.
"Memang banyak masyarakat yang rentan mengalami gangguan kesehatan mental; terutama yang bekerja di garda depan, yang usianya muda, usia lansia."
Hal tersebut tentu saja dipicu oleh adanya konflik dalam keluarga yang akhirnya membuat mental seseorang mengalami kondisi yang kurang baik pengaruhnya.
"Tergantung karakterisitik keluarga. Keluarga yang memiliki konfliktual memungkinkan seseorang mengalami gangguan mental yang kurang baik," jelasnya.
Mengenai kurang sadarnya masyarakat terhadap pentingnya mematuhi protokol kesehatan, Gisella mengungkap berhasil menangkap dua kemungkinan.
Rayakan Hari Ibu dengan Kenyamanan di Senyaman, Studio Yoga dan Meditasi Khusus Wanita Berdesain Modern serta Estetik
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR