"Pertama, mereka sudah merasa frustrasi atau mentok karena tidak kunjung selesai (pandemi Covid-19 -red), sehingga mereka mengarah ke perilaku yang abai, cuek.
"Kedua, mereka kurang memahami secara menyeluruh, mengapa ada protokol tersebut," jawab Gisella.
Akhirnya kondisi kurangnya pemahaman tersebut membuat masyarakat tidak tahu apa yang harus dilakukan saat era new normal saat ini.
"Kondisi pemahaman masyarakat kita secara menyeluruh masih kurang berkembang, secara umum, sehingga mereka kurang memahami meskipun informasi sudah banyak.
"Meski sudah banyak informasi, tapi banyak informasi yang masih bias dan tidak terlalu dipahami. Tidak semua masyarakat punya akses membaca informasi di media internet. Kalau punya akses, dia belum tentu bisa menelaah secara komperhensif," ujar Gisella.
Bahkan menurutnya, masyarakat masih banyak yang belum memahami makna new normal yang tengah digaung-gaungkan saat ini.
"Masih banyak masyarakat yang beranggapan new normal merupakan kehidupan normal seperti biasa. Belum memahami bila ini adalah masa normal baru, masa normal dengan aturan-aturan," ucapnya.
Tak bisa dipungkiri, masa transisi seperti new normal ini memang membutuhkan adaptasi yang tidak mudah, terlebih pandemi Covid-19 ini merupakan kondisi yang tidak pasti.
Banyak berita simpang siur dari berbagai pihak, adanya informasi yang belum merata ke seluruh penjuru negara juga menjadikan masyarakat kebingungan apa yang harus ia lakukan.
Perempuan, Ibu Hamil, dan Ibu Menyusui di Era New Normal
Selain berbicara tentang kesehatan mental secara umum, Gisella juga menjawab pertanyaan mengenai imbas new normal terhadap perempuan, khususnya ibu hamil dan menyusui.
Tak bisa dipungkiri, hal ini tentu sangat berdampak sedikit banyak bagi ibu hamil dan menyusui, terlebih yang masih beraktivitas di luar rumah.
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR