Memaksa hingga Memarahi Anak Hiperaktif Timbulkan Depresi, Justru Lakukan Tips dan Trik dari Dokter Spesialis Anak Ini
Nakita.id - Anak adalah anugrah dari Tuhan yang tak ternilai harganya meskipun sekalipun diciptakan unik.
Salah satunya anak hiperaktif, maka sebagai orangtua ada baiknya mencari tips dan trik agar Si Kecil bisa diam.
Bukan justru memarahi anak hiperaktif untuk diam.
Nah berikut tips dan trik dari dokter spesialis anak.
Baca Juga: Masih Jadi Salah Paham, Ini Beda Anak yang Aktif dan Hiperaktif!
Tak sedikit orangtua yang merasa geram karena anak yang hiperaktif. Tak jarang pula, orangtua yang menyuruh anaknya untuk diam secara paksa.
Namun Dokter Spesialis Anak dr Herbowo Agung F Soetomenggolo SpA(K) menegaskan bahwa tindakan memarahi, memaksa anak untuk diam bahkan dengan cara memukulnya justru tidak akan banyak membantu.
Anak yang hiperaktif memang cenderung mengganggu orang lain di sekitarnya.
Baca Juga: Perhatian Untuk Para Moms! Ibu Hamil Gemuk Berisiko Lahirkan Anak ADHD
Bisa jadi ia memiliki gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH) atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
"GPPH ini tidak diketahui penyebab pastinya. Tetapi, cenderung umumnya anak GPPH memiliki gangguan pada otaknya. Oleh karena itu, mau dimarahi, dipukul, didiamkan secara paksa justru tidak akan membantu," kata Herbowo dalam webinar Johnson & Johnson: Menjaga Kesehatan Pada Anak dengan ADHD di Masa New Normal, Jumat (24/7/2020).
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, sejumlah kasus GPPH menunjukkan adanya beberapa bagian otak berukuran lebih kecil dan metabolisme di otak mengalami penurunan di daerah tertentu.
Selain itu, anak dengan GPPH juga mengalami kekurangan beberapa bahan kimia di otak, seperti dopamin atau norepinefrin dan serotonin.
Baca Juga: Tak Hanya Pengaruhi Prestasi, Anak dengan ADHD Berisiko Lebih Besar Alami Depresi!
Keterlambatan maturasi otak dan disfungsi pada sirkuit otak tertentu juga merupakan salah satu penyebab utamanya sehingga dapat mengganggu kognitif, perhatian, dan fungsi eksekutif.
Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang memiliki ADHD adalah genetik dan lingkungan.
Lantas, apa yang terjadi jika anak GPPH/ADHD dipaksa diam?
Dikarenakan dominasi gangguan pada otak yang mempengaruhi anak yang memiliki GPPH, maka umumnya intervensi perilaku yang seharusnya dilakukan kepada mereka.
Oleh sebab itu, ditegaskan Herbowo, memaksakan anak GPPH untuk diam secara paksa bahkan dengan memukulnya jika tidak mau menurut justru akan membuat anak semakin depresi.
"Itu justu membuat anak makin depresi, makin stres dan membuat kondisinya semakin buruk," tegasnya.
Depresi dan perasaan stres bisa terjadi karena hanya otak anak itu saja yang memiliki gangguan, bukan perasaannya.
Hal itu menjadikan anak GPPH tidak menempatkan respon yang tepat terhadap tindakan orang lain.
Lakukan hal yang membuatnya tertarik padahal, hal yang seharusnya dilakukan selain intervensi perilaku dengan obat-obatan sesuai anjuran dokter.
Anak dengan GPPH juga diberikan intervensi perilaku melalui pelatihan dari dokter, keluarga, dan orang-orang di sekitar lingkungannya.
"Anak GPPH itu kurang bisa memperhatikan, makanya kita yang harus buat dia semakin tertarik dengan kita atau yang kita lakukan, dan membuat dia duduk dengan kita," ujarnya.
Disarankan Herbowo, untuk membuat anak dengan GPPH tertarik adalah dengan melakukan kegiatan yang tidak banyak membuat ia berdiam diri.
Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan adalah berolahraga.
Dengan begitu, anak GPPH yang terlalu aktif atau hiperaktif akan menyalurkan tenaganya dalam gerakan-gerakan olahraga tersebut.
"Please jangan dimarahi. Ajak olahraga, abis olahraga keluar selesai, dia akan diam sendiri dan jangan dipaksa untuk duduk," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jangan Membentak Anak Hiperaktif untuk Diam, Ini Saran Ahli"
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR