Nakita.id - Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan seseorang yang memiliki penyakit kronis lebih rentan terkena Covid-19.
Salah satu penyakit kronis yang membuat seseorang menjadi rentan terkena Covid-19 adalah diabetes.
Berdasarkan data dari Wuhan, angka kematian penderita diabetes tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan penderita secara umum.
Baca Juga: Manfaat Ajaib Daun Lobak Bagi Tubuh, Sebagai Detoksifikasi Alami hingga Cegah Penyakit Serius Ini
Oleh karena itu Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) bersana Sanofi Indonesia bekerja sama di garis terdepan dalam upaya penanggulangan Covid-19 bagi penyandang diabetes.
"Data dari Wuhan memang betul disampaikan (angka kematian penderita diabetes pada Covid-19) tiga kali. Bahkan di Amerika bisa empat hampir lima kali lipat terhadap pasien-pasien diabetes dibandingkan non diabetes," jelas Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD., Ketua Umum PB PERKENI dalam konferensi pers virtual pada Jumat (7/8/2020).
Sementara, menurut data dari Kemenkes pada 1 Mei 2020, hampir sama seseorang yang memiliki hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan penyakit paru rentan terkena Covid-19.
"Kunci pada kondisi ini adalah jika tidak ada diabetes tetapi gula darah bagus maka angka kematian jauh lebih rendah," kata Prof Ketut.
Kemudian, pencegahan Covid-19 pada penderita diabetes sama dengan pencegahan umum.
"Pertama, kebersihan tangan. Jadi setiap kita pergi kemungkinan kontak dengan orang-orang maka kita harus mencuci tangan yang bersih.
Kemudian juga tentang kebersihan saluran napas misalnya batuk kita pakai siku jangan dilepas begitu. Karena droplet dapat menyebarkan Covid-19.
Jaga jarak dan social distance serta menghindari kerumunan jadi ini penting sekali dalam upaya memutus mata rantai Covid-19," jelas Prof Ketut.
Baca Juga: 5 Manfaat Kayu Manis untuk Kesehatan, Mulai dari Mengobati Diabetes hingga Turunkan Kolesterol
Pencegahan Covid-19 khusus untuk pasien diabetes
Pada penderita diabetes Prof Ketut menyarankan untuk mengendalikan glikemik.
Indeks glikemik adalah skor angka berupa skala dari 0-100 yang menunjukkan seberapa cepat makanan diubah menjadi glukosa oleh tubuh.
Semakin tinggi nilai glikemik suatu makanan maka semakin besar pengaruhnya pada perubahan kadar insulin dan gula darah.
Jika Moms mengonsumsi makanan yang bernilai glisemik tinggi maka kadar gula darah meningkat lebih cepat dibanding dengan makanan dengan IG lebih rendah.
Oleh karena itu Prof Ketut menyarankan penderita diabetes sering memeriksa gula darah.
"Selanjutnya stabilkan keadaan jantung dan ginjal, nutrisi sesuai anjuran, jangan lupa latihan fisik di rumah dan walaupun kita karantina usahakan tetap kreatif karena kalau kita tidak kreatif karantina membuat kita stres. Jadi stres akan meningkatkan gula.
Obat diabetes dengan Covid-19
"(Penderita diabetes) ringan sampai sedang kemungkinan mereka tidak membutuhkan perlakuan khusus. Jadi obat baik pil, oral, maupun suntikan bisa diteruskan.
Cuma daerah sedang ini relatif hati-hati karena bergeser menjadi berat. Jika ada pasien yang sedang kemudian ada gangguan makan atau gula darah lebih meningkat dengan pesat maka hati-hati ini akan menjadi berat.
Kemungkinan obat-obatan bisa diubah dari oral menjadi insulin.
Bagi mereka yang berat atau kritis mereka biasanya dirawat di rumah sakit dan obatnya insulin," jelas Prof Ketut.
Sementara dr Mary Josephine, Head of Medical Sanofi Indonesia menjelaskan terapi kombinasi untuk pasien diabetes.
"Sanofi berkomitmen dalam menyediakan inovasi pengobatan untuk perawatan diabetes yang lebih baik bagi para penyandang diabetes melalui terapi kombinasi yang dapat mengontrol gula darah puasa (FPG) dan sesudah makan (PPG)," jelas dokter Mary.
Banyak orang Indonesia tidak sadar memiliki diabetes
Tak bisa dipungkiri orang Indonesia tidak sadar memiliki diabetes sehingga tidak menjaga pola hidup sehat.
"Benar sekali. Menurut data-data riset dasar kesehatan 2018 itu lebih dari dua per tiga pasien diabetes tidak mengetahui dirinya diabetes.
Jadi ini sebenarnya ancaman yang buruk bagi kita kalau kita tidak melakukan screening bagi mereka yang high waist, obesitas, dan usia lanjut," kata Prof Ketut.
Maka Prof Ketut menyarankan orang-orang dengan usia lanjut, obesitas, sejarah keluarga diabetes, lebih baik dilakukan pengecekan mandiri sebelum ada gejala.
Sementara gejala umum yang harus diperhatikan seseorang terkena diabetes: banyak minum dan kencing dan makan bisa banyak bisa tidak tetapi berat badannya drastis turun.
"Biasa gejala komplikasi langsung misalnya kesemutan, kebas, infeksi misalnya infeksi pada kemaluan biasanya itu sudah komplikasi duluan," jelas Prof Ketut.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR