Nakita.id - Ternyata ada beberapa ciri dari telur yang sebaiknya Moms hindari.
Bahkan pemerintah sendiri sudah mengeluarkan larangan perihal jenis telur yang sebenarnya tidak boleh diperjual belikan.
Sayangnya masih banyak pedagang nakal yang nekat menjualnya dengan harga murah.
Dengan begitu Moms perlu diketahui bahwa Kementerian Pertanian telah melarang penjualan telur ayam HE atau hatched egg.
Salah satu jenis dari telur ayam HE yaitu telur infertil.
Telur infertil sendiri merupakan hasil dari telur yang tidak bisa ditetaskan atau produk buangan dari residu breeding ayam.
Mengutip dari Kompas.com, inilah ciri-ciri telur infertil yang tidak baik untuk dikonsumsi.
1. Harga murah
Jangan pernah Moms tertarik dengan harga murah dari telur.
Pasalnya telur infertil dijual sangat murah padahal sudah jelas tidak boleh untuk diperjual belikan.
Telur infertil biasanya dijual sekitar Rp7.000-10.000 per kilogramnya.
Padahal telur ayam ras pada umumnya dijual kisarap Rp20.000 per kilogramnya.
Diakui oleh Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional Blitar Rofiyasifun bahwa telur infertil mampu dijual murah karena telur tersebut cepat mengalami pembusukan.
Hanya dalam 1 minggu telur sudah dapat busuk dengan begitu dapat dipastikan kualitasnya tidak baik untuk dikonsumsi.
2. Warna cangkang pucat
Ciri telur infertil yang perlu diperhatikan selanjutnya yaitu warnanya.
Telur infertil memiliki warna cangkang yang pucat atau putih.
Sementara telur ayam negeri memiliki warna agak kecoklatan.
Baca Juga: Pria Ini Iseng Gunakan Cangkang Telur untuk Tanaman, Ini Manfaat Menakjubkan yang Didapat
Selain itu, cangkang telur infertil juga memiliki bintik hitam atau merah.
Apabila tidak bisa melihatnya secara langsung, Moms bisa memancarkan cahaya dari senter ke bagian cangkang telur tersebut.
Kalau tampak ada bintik hitam atau merah di area cangkang artinya Moms perlu menghindarinya.
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR