Nakita.id - Minuman teh boba sedang banyak diganderungi masyarakat, terutama anak-anak muda.
Selain rasa manisnya, topping boba yang terbuat dari tepung tapioka juga punya penggemar tersendiri.
Namun, belum lama ini beredar cerita tentang bahaya boba untuk kesehatan.
Melansir dari Kompas.com, seorang perempuan berumur 20 tahun asal Bekasi membagikan pengalaman pribadinya.
Baca Juga: Harus Pergi Keluar Pakai Masker Selama Pandemi, Maudy Ayunda Tetap Tampil Menawan dengan Tips Cantik 15 Detik Ini
Perempuan bernama Ranya ini membagikan tentang efek samping mengonsumsi boba.
Curhatan Ranya ini diunggah di akun Twitter @dangobulet yang langsung menjadi sorotan masyarakat.
Setelah dikonfirmasi oleh Kompas.com, Ranya mengaku bahwa dalam sehari dirinya bisa mengonsumsi dua gelas boba.
Dalam satu minggu, dirinya bisa tiga sampai empat hari mengonsumsi boba.
Hingga suatu ketika, perempuan berusia 20 tahun ini merasakan kebas pada kaki.
Selama enam hari, rasa kebas pada kakinya tak kunjung hilang. Kakinya kemudian mengalami lumpuh sementara.
Ranya lalu memutuskan untuk memeriksakan kondisinya ke dokter pada Maret 2020, dan didiagnosis Diabetes Melitus tipe-2.
"Dibawa ke dokter umum, bilangnya cuma kekurangan vitamin D. Ternyata masih terasa berkedut, bahkan pas jalan kayak meleyot (layu) gitu kakinya. Akhirnya dibawa ke dokter penyakit dalam dan dicek ternyata sudah DM (diabetes melitus) tipe-2," kata dia.
Membahas tentang kondisi Rayna ini, Kompas.com menghubungi Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultasn Endokrin, Metabolik dan Diabetes, dr. Wismandari Wisnu SpPD-KEMP.
Menurutnya, kondisi yang dialami perempuan 20 tahun itu disebabkan karena terlalu banyak mengonsumsi makanan dan minuman tinggi lemak serta gula.
"Tapi ini bukan proses yang cepat, perlu waktu agar gula darah seseorang bisa naik, kemudian menjadi pre diabetes dan akhirnya menjadi diabetes," kata dia.
Dokter menjelaskan kalau ketika sudah diabetes pun, tidak sedikit orang yang belum memperlihatkan gejalanya.
Wismandari mengatakan kalau sering kali pasien datang dengan kondisi parah disertai komplikasi.
"Atau datang karena infeksi, tapi kemudian didapatkan kadar gula darah yang tinggi," jelasnya.
Ia menjelaskan kalau hal yang terjadi pada Ranya bukanlah momen mendadak.
Kemungkinan gula darah pasien sudah meningkat beberapa waktu sebelumnya sampai kemudian meningkatkan gejala.
Baca Juga: Penggunaan Face Shield Plastik Terbukti Tidak Menurunkan Risiko Terpapar Covid-19, Ahli Ungkap Penelitiannya
Setelah, beberapa lama gula dalam darah meningkat, maka komplikasi mulai terjadi.
Salah satunya adalah komplikasi saraf, bisa saraf perifer berupa kesemutan, baal atau nyeri yang paling sering terjadi di ujung kaki atau tangan, dan komplikasi berupa stroke yang bisa menyebabkan lumpuh.
"Komplikasi yang juga sering terjadi adalah ke kaki, di mana terjadi kerusakan pada saraf tepi dan juga aliran darah, sehingga jika terjadi luka sukar untuk sembuh, kemudian bisa diamputasi," ujarnya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR