4. Jelaskan pada anak apa yang harus dilakukan ketika dorongan untuk pup atau pipis itu terasa. Misalnya, "Wah, Adik kebelet pipis, ya? Yuk, kita ke kamar mandi." Atau, jika anak kentut, bantu mereka mengenali bahwa bau tak sedap itu tandanya mereka akan BAB. Setelah itu, ajak mereka ke kamar mandi. Bantu mereka membuka celana dan menunjukkan posisi duduk di atas toilet untuk bersiap BAB.
5. Hindari menyalahkan atau meledek anak jika ngompol atau celananya keburu basah karena tak sempat memberitahu. Puji anak karena memberitahu bahwa celananya basah, karena itu merupakan langkah pertama mengenali dorongan untuk pipis. Menurut Welch, anak juga perlu sering dimonitor untuk mengetahui bahwa mereka tidak mencoba menahan berkemih atau BAB hanya untuk menyenangkan Mama atau pengasuhnya. Karena, menahan pipis atau BAB bisa memicu infeksi saluran kemih (pada anak perempuan) dan mengalami robekan pada kulit sekitar anus karena fesesnya keras akibat menahan BAB.
Baca: Bahaya Menahan Pup Terlalu Lama
Nah, hal paling penting untuk diingat adalah bahwa potty training tidak akan terjadi dalam semalam. Melatih anak pipis dan BAB di toilet membutuhkan waktu dan kesabaran. Memahami bahwa anak butuh waktu untuk menyempurnakan aktivitasnya tersebut akan membantu Mama maupun anak untuk menjalaninya tanpa stres.
(Dini/Huggies/Cafemom)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
KOMENTAR