3. Jangan buru-buru ikut campur
Jika anak sudah tahu apa akar masalahnya, maka coba hargai pendapat anak dan berikan mereka kepercayaan bahwa ia akan dapat menemukan solusinya.
Meski tak jarang hal ini akan membuat ia berlari dan meminta bantuan orang dewasa untuk dapat menyelesaikan konflik, tetap berikan ruang dan kepercayaan untuknya.
Caranya, minta anak berpikir kira-kira solusi apa yang bisa ia lakukan. Bila anak benar-benar bingung, orangtua bisa mulai memberikan beberapa solusi, lalu minta anak memilihnya.
Setelah itu, tanyakan pula alasannya mengapa anak memilih cara tersebut.
4. Identifikasi masalah
Anak bisa menjadi uring-uringan karena perasannya tidak enak. Maka dari itu, anak perlu diajarkan untuk mengindentifikasi masalah atau perasaan gusar yang sedang ia rasakan sejak dini.
Misalnya, ketika anak bertengkar dengan temannya, minta anak untuk duduk bersabar dan tanyakan masalah apa yang sebenarnya terjadi.
5. Komunikasi dua arah
Jalinlah komunikasi dua arah yang baik antara orang tua dan anak. Keterampilan komunikasi yang dimiliki orang tua dapat memperlancar tujuan pembelajaran pada anak.
Komunikasi bukan hanya sekedar memberikan instruksi bagi anak, tetapi juga harus terampil memberikan feedback secara asertif, serta terampil mengomunikasikan dukungan positif bagi pembentukan perilaku anak.
Acara Ayah S.I.A.P ini didukung oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "8 Cara Mendidik Anak Agar Mampu Memecahkan Masalah".
Source | : | Kompas.com,sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id |
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR