Kondisi tersebut membuat urine menjadi ”stagnan”, terutama di saluran kencing, sehingga waktu pembuangan urine berlangsung lebih lama.
Dalam kondisi ini, selain bakteri lebih mudah berkembang biak, urine juga dapat naik kembali ke ginjal.
BACA JUGA: Kocak! Dokter ini Ajak Pasiennya Menari Sebelum Proses Persalinan
Ukuran rahim yang kian membesar selama hamil juga bisa menjadi penyebab ISK karena perkembangan rahim akan sering menekan kandung kemih dan membuat Moms sering buang air kecil.
Bila Moms tak menjaga kebersihan area genital dengan baik, bakteri akan mudah berkembang dan masuk ke saluran kencing.
Selain itu, rahim yang menekan kandung kemih dapat menghalangi pembuangan urine. Urine yang tersisa akan menjadi sumber bakteri dan mengakibatkan infeksi.
Tingkat glukosa pada urine Moms pun lebih tinggi dibandingkan urine biasa. Kondisi ini merupakan lingkungan yang disukai bakteri untuk berkembang biak.
Karena kasus ISK asimtomatik tergolong tinggi pada Moms, disarankan melakukan skrining urine segera pada saat kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan.
Skrining urine melalui pemeriksaan laboratorium ada tiga jenis, yaitu urinalisis, dipstik, dan urine kultur.
Tes urinalisis untuk melihat kadar leukosit dan sel darah merah pada urine. Jika angkanya tinggi, berarti sudah mengalami ISK.
BACA JUGA: Gairahkan Malam Ini Dengan 8 Bahan Dapur Peningkat Libido Ini Moms!
Pada tes dipstik, selain leukosit, juga melihat kadar nitrit sebagai tanda keberadaan bakteri. Sedangkan pada tes urine kultur, urine akan dibiakkan untuk melihat keberadaan bakteri patogen.
Jika koloni bakteri yang tumbuh berjumlah >105 koloni/ml urine, artinya bakteri yang tumbuh tersebut merupakan penyebab ISK. (*)
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR