Zet pun menceritakan biasanya Mia selalu melaporkan setiap kegiatannya selama bertugas.
"Kesana, nanti setelah pesawat landing lapor lagi dia, papa saya sudah landing. Nanti setelah sampai di hotel, papa saya sudah di hotel, sudah habis mandi pa," kenang Zet.
Zet juga mengenang kebersamaan terakhirnya bersama Mia yaitu pada September 2020 selama 2 minggu.
Dan rencananya akhir Januari 2020 akan kembali kumpul bersama karena Mia sudah mengajukan cuti.
Sayangnya kini Zet hanya bisa menunggu kepulangan dari jasad putrinya.
Zet Wadu mengaku ikhlas dan hanya bisa berharap putrinya dapat ditemukan.
"Harapannya supaya proses evakuasi lebih cepat, supaya semua dapat info yang pasti. Saya ikhlas dan menerima apapun kondisi Mia, baik dalam keadaan hidup atau tidak bernyawa. Ini kehendak Tuhan, kami siap jika dibutuhkan untuk proses identifikasi," ujar Zet Wadu.
Zet berharap putrinya bisa dimakamkan di tempat asalnyayaitu Bali agar ia bisa menengok makamnya.
"Saya sudah lemas badan, saya sudah pasrah. Yang penting saya bisa dapat jasadnya, saya bisa kubur sini, saya bisa tengok tengok kuburnya, itu kerinduan saya, itu aja," ujar Zet.
Diakui Zet bahwa yang mengurus kecelakaan yang menimpa putrinya yaitu putra sulungnya karena ia tak bisa datang ke Jakarta.
"Besok saya suruh ke Jakarta sudah. Kalau sudah ketemu, masuk peti pun tidak boleh buka lagi. Tapi yang penting kami bisa dapat, biar kubur di sini," katanya.
Source | : | Tribun-timur.com |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Rachel Anastasia Agustina |
KOMENTAR