Duka Masih Menyelimuti, Salah Satu Pramugari Korban Insiden Sriwijaya Air SJ 182 Seharusnya Tak Bertugas Hari Itu, Keluarga Ungkap Permintaan Terakhirnya
Nakita.id - Peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pastinya meninggalkan duka mendalam untuk keluarga korban.
Pesawat rute Jakarta-Pontianak tersebut mulanya hilang kontak setelah 4 menit lepas landas.
Kemudian di hari yang sama ditemukan bahwa pesawat tersebut jatuh di sekitar Kepulauan Seribu.
Kini titik jatuhnya pesawat sudah ditemukan sehingga tim Basarnas sudah mulai melakukan proses evakuasi.
Dan keluarga korban tengah menunggu hasil dari penemuan korban dari jatuhnya pesawat Sriwijaya tersebut.
Salah satunya keluarga dari pramugari Sriwijaya Air SJ 182 yaitu Mia Trisetyani Wadu.
Kakak dari Mia, Ardi Samuel Cornelis Wadu mengaku masih menunggu kabar adiknya yang bertugas dalam maskapai tersebut sekaligus korban dari persitiwa tersebut.
"Kemarin, Sriwijaya menelepon sebatas konfirmasi pesawat yang dikabarkan benar yang dinaiki adik saya, baru sebatas itu. Informasi lebih lanjut belum ada karena Basarnas juga masih mencari," ujar Ardi yang dikutip dari Tribun-Timur.com.
Kakak Mia, Ardi menceritakan bahwa seharusnya adiknya tidak bertugas di pesawat tersebut.
"Dia seharusnya tidak di penerbangan itu, karena tiba-tiba jadwalnya di-switch," ujarnya.
Mia sendiri sudah menjadi pramugari di Sriwijaya selama 3 tahun dan baru saja melakukan perpanjangan kontrak pada Desember 2020.
Sementara sepak terjang Mia sebagai awak kabin sudah selama 4-5 tahun.
Baca Juga: Kabar Terbaru, Lokasi Black Box Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Sudah Ditemukan
Sebenarnya Ardi sudah meminta adiknya untuk berhenti dari profesinya dan mencari pekerjaan lain di Bali.
"Dia bilang enggak apa-apa, masih pengin jadi pramugari, sejak SMA pengin jadi pramugari," katanya.
Paman dari Mia, Johny Lay menceritakan permintaan terakhir yang diminta Mia kepada kedua orangtuanya.
"Dua minggu sebelumnya karena tidak bisa Natalan, Mia telepon orang tua. Minta tolong bersihkan rumah dan persiapkan rumah karena libur mau ke rumah. Orangtua sudah melaksanakan merehab membersihkan kamar mandi toilet dan kamar tidur," ujar Johny Lay.
Ayah Mia, Zet Wadu juga menceritakan bahwa ia sempat bertukar pesan dengan Mia sebelum sang anak lepas landas.
"Kontak terakhir, kemarin jam 3 (pukul 15.00 Wita). Dia mau terbang, dia kontak, pokoknya dia kasih lapor sama kita, papa saya mau terbang," ujar Zet.
Zet pun menceritakan biasanya Mia selalu melaporkan setiap kegiatannya selama bertugas.
"Kesana, nanti setelah pesawat landing lapor lagi dia, papa saya sudah landing. Nanti setelah sampai di hotel, papa saya sudah di hotel, sudah habis mandi pa," kenang Zet.
Zet juga mengenang kebersamaan terakhirnya bersama Mia yaitu pada September 2020 selama 2 minggu.
Dan rencananya akhir Januari 2020 akan kembali kumpul bersama karena Mia sudah mengajukan cuti.
Sayangnya kini Zet hanya bisa menunggu kepulangan dari jasad putrinya.
Zet Wadu mengaku ikhlas dan hanya bisa berharap putrinya dapat ditemukan.
"Harapannya supaya proses evakuasi lebih cepat, supaya semua dapat info yang pasti. Saya ikhlas dan menerima apapun kondisi Mia, baik dalam keadaan hidup atau tidak bernyawa. Ini kehendak Tuhan, kami siap jika dibutuhkan untuk proses identifikasi," ujar Zet Wadu.
Zet berharap putrinya bisa dimakamkan di tempat asalnyayaitu Bali agar ia bisa menengok makamnya.
"Saya sudah lemas badan, saya sudah pasrah. Yang penting saya bisa dapat jasadnya, saya bisa kubur sini, saya bisa tengok tengok kuburnya, itu kerinduan saya, itu aja," ujar Zet.
Diakui Zet bahwa yang mengurus kecelakaan yang menimpa putrinya yaitu putra sulungnya karena ia tak bisa datang ke Jakarta.
"Besok saya suruh ke Jakarta sudah. Kalau sudah ketemu, masuk peti pun tidak boleh buka lagi. Tapi yang penting kami bisa dapat, biar kubur di sini," katanya.
Source | : | Tribun-timur.com |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Rachel Anastasia Agustina |
KOMENTAR