Nakita.id - Moms, sebagai penyakit yang mematikan, pengobatan kanker terus dikembangkan.
Bahkan saat ini sudah ada terobosan dan revolusi baru untuk pengobatan kanker yaitu dengan Imunotherapy dan Targeted Therapy.
Sebelumnya pengobatan kanker lebih sering menggunakan metode kemoterapi, dimana metode ini sangat ampuh menyasar sel kanker yang sudah menyebar.
BACA JUGA: Revolusi dan Terobosan Baru Pengobatan Kanker Dengan Imunoterapi
Namun kemoterapi ini akan membunuh pula sel normal yang sehat sehingga menimbulkan efek samping tertentu seperti Alopecia, Neutropenia, dan kasus langka seperti Cardiotoxicity.
Sedangkan metode imunoterapi mampu membedakan antara sel kanker dan sel normal.
Sehingga ia hanya akan membunuh sel kanker saja, tidak mengganggu perkembangan sel normal yang sehat.
Dr. Wong Seng Weng dari Singapore Medical Center sel kanker bersembunyi di baliksel normal.
"Sel kanker terkadang bersembunyi di balik sel normal yang sehat, sehingga untuk membidiknya terkadang menyerang juga sel normal yang sehat." kata Dr. Wong Seng
Weng dalam media gathering yang diselenggarakan Singapore Medical Center dengan tema "Revolusi Global dan Terobosan Baru dalam Pengobatan Kanker" (24/1/2018) di Jakarta Pusat.
BACA JUGA: Ada Tahi Lalat Besar di Wajahnya, Ternyata Gadis ini Mengidap Kanker
Maka imunoterapi ini dikatakan sebagai obat yang dapat mengurangi kematian pada penderita kanker karena lebih cepat dan fokus membidik dan membunuh sel kanker.
Banyak penelitian yang menunjukan bahwa terapi ini dapat mengurangi resiko perkembangan penyakit atau kematian sebanyak 50%.
Sedangkan untuk Targeted Therapy merupakan pengobatan yang menggunakan obat yang didesain khusus untuk mengenali dan menghancurkan sel kanker dari jenis kanker yang spesifik.
Kanker yang spesifik yaitu pada level monokuler, obat itu bekerja untuk 'mematikan' sinyal pertumbuhan sel kanker yang dapat memicu perkembangbiakan sel.
Selain itu mereka telah membuktikan pula pengobatan terbaru ini mampu memberikan hasil signifikan dengan sedikit efek.
BACA JUGA: Derita Kanker Ganas, 3 Artis Bolywood ini Berhasil Lewati Masa Kritis
"Untuk Targeted therapy efek buruknya masih terbilang ringan dibandingkan pengobatan lain, hanya mengalami gatal-gatal pada kulit ataupun ruam, dan itu lebih mudah diobati," ucap dr. Wong
Sedangkan untuk imunoterapy, pada 10% pasien mengalami efek buruk yang jelas, 90% sangat sedikit sekali mengalami efek buruk.
"Mengapa 10% itu mengalami efek buruk lain, karena saat sistem imunitasnya memerangi sel kanker, saat itu juga mempengaruhi organ lain, bisa hati, paru-paru, dan kadang sulit untuk di prediksi, memang berpotensi untuk punya efek buruk tapi tidak besar, sangat kecil kecenderungannya," sambung Dr. Wong
Sebenarnya banyak cara untuk menguatkan sistem imunitas tubuh untuk menyerang kanker, imunoterapi sendiri menggunakan treatment NTPD1 (aktivitas dan regulasi pada sel otot polos vaskular).
BACA JUGA: Haru, Ibu Ini Melawan Kanker Demi Lihat Anak Kembarnya Tumbuh Dewasa
Imunoterapi dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan antibodi ke dalam darah.
Diberikan melalui infusan 2 sampai 3 minggu sekali pada pasien kanker.
Mengenai biaya pengobatan ini, terbilang sangat mahal. Dr Wong mengatakan tergantung stadium berapa seseorang itu mengidap kanker.
"tergantung, karena banyak sekali tipe kanker dan kebanyakn dari biaya treatment ini tidak datang dari dokter ataupun rumah sakitnya, tapi dari pembelian antibodi dan pengobatannya. Jadi tergantung dengan seberapa banyak obat dibutuhkan untuk pasien. Bisa sangat mahal, treatment NTPD1 mencapai $ 10 ribu perbulan, untuk beberapa kasus kanker terparah," ungkap Dr. Wong.
Moms, saat ini di Indonesia, pengobatan kanker paru dengan imunoterapi sudah tersedia mulai bulan Juni 2017 di rumah sakit besar.
Pengobatan ini mendapat persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk pengobatan kanker stadium lanjut lini kedua, atau setelah gagal dengan pengobatan lini pertama seperti pembedahan atau kemoterapi.
Belum diketahui apakah bisa pula untuk kanker lain.
Sedangkan pengobatan imunoterapi hanya efektif pada pasien kanker yang memiliki ekspresi PD-L1 di atas satu persen.
Hal itu menunjukkan adanya ekspresi sel kanker yang meradang sehingga efek yang diberikan lebih baik.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR