Nakita.id - Organisasi Kesehatan Dunia menerapkan bahwa batas toleransi anak bertubuh pendek maksimal adalah 20% dari jumlah keseluruhan balita.
Faktanya, Indonesia justru berada pada urutan kelima negara dengan balita stunting yang tinggi.
BACA JUGA: Anak Kurang Tinggi? Jangan Anggap Remeh, Bisa Jadi Tanda Stunting
Terbukti pada awal tahun 2018 kasus gizi buruk menjadi sorotan publik, seperti di Asmat dimana sedikitnya 61 anak meninggal akibat gizi buruk.
Sementara itu di Kendari, Sulawesi Tenggara anak menderita malnutrisi karena kelalaian orangtua memberikan susu kental manis sebagai minuman bayi.
BACA JUGA:Perdebatan Susu Kental Manis, Susu atau Bukan? Ini Tanggapan Kemenkes
Hal ini membuktikan pentingnya pengetahuan orangtua dalam memberikan asupan nutrisi yang tepat kepada sang buah hati.
Dalam Diskusi Publik Peringatan Hari Gizi Nasional 2018 (23/1/2018), Prof. Dr. Dodik Briawan MCN sebagai peneliti Departemen Gizi Masyarakat menjelaskan hal ini secara gamblang.
"Orangtua harus paham seperti apa kebutuhan nutrisi anak yang tepat, makanan apa yang baik dan tidak baik serta tidak terpengaruh dengan gaya hidup instan," ujarnya.
BACA JUGA: Amankah Memberikan Bayi MPASI Instan? Yuk Cari Tahu Moms
Prof. Dodik Iriawan mengakui, anak Indonesia sangat kurang mengonsumsi sayur dan buah karena lebih cenderung menyukai makanan selingan yang manis, asin dan berlemak.
"Waktu masih kecil asupan makan anak-anak diatur orangtua, nah berbeda sewaktu sudah remaja mereka akan mencoba makanan yang besar kemungkinan akan mengandung gula, garam dan lemak yang melebihi anjuran Kementerian Kesehatan," jelas Prof. Dodik.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR