Pasar itu menyediakan berbagai makanan tradisional, minuman, dan produk-produk kerajinan dari bambu.
BACA JUGA: Tak Jadi Romantis, Begini Lucunya Berbagai Meme Film 'Dilan 1990'
Makanan-makanan yang dijual pun punya nama unik, dan beberapa di antaranya sudah jarang ditemui di pasar lain.
Misalnya makanan yang disebut penjualnya samiler (kerupuk singkong), manggleng (olahan singkong), glanggem, rondo royal, sega megono, kacamata (olahan singkong dan parutan kelapa), ketan lupis, dan lainnya.
Sementara minuman yang dijual mulai kelapa muda, adon-adon coro, jamu dan lainnya.
Sedangkan produk kerajinan yang bisa dibeli di pasar itu, di antaranya topi dari bambu yang bentuknya mirip 'ekrak' namun ukuran kecil, radio dilapisi bahan kayu, dan bahkan ada sepeda yang sebagian rangka bodinya terbuat dari bahan bambu.
Penjual makanan, Komariah (50) mengungkapkan, ada sejumlah aturan bagi pedagang yang berjualan di Pasar Papringan.
Misalnya adanya larangan pemakaian plastik dan sebagai penggantinya memakai besek.
Pedagang juga dilarang memakai penyedap rasa atau Msg (monosodium glutamate).
“Pedagang diwajibkan memakai bahan-bahan yang ramah lingkungan dan sehat," kata Komariah seraya menggoreng makanan memakai tungku berbahan bakar arang.
Uniknya, pembeli dan penjual juga tidak bisa memakai uang rupiah sebagai alat pembayaran.
Baik pembeli maupun penjual harus menukarkan uang rupiah itu dengan alat pembayaran yang oleh warga desa setempat disebut "koin pring".
Source | : | tribunnews |
Penulis | : | Fita Nofiana |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR