Nakita.id - Salah satu perawatan bayi baru lahir yang harus dilakukan adalah melakukan berbagai skirining.
Skrining yang dimaksud pada bayi baru lahir adalah dimana buah hati Moms melakukan berbagai pemeriksaan untuk memastikan ada kelainan atau tidak.
Pasalnya kelainan pada bayi sering kali tidak kasat mata, maka dari itu dengan skrining tersebut lah bisa mendeteksi sedini mungkin jika bayi memiliki kelainan.
Jika kelainan sudah bisa terdeteksi sedini mungkin, maka akan lebih mudah diobati sehingga Si Kecil bisa tumbuh optimal.
Baca Juga: #WelcomeMyLovelyBaby: Jangan Anggap Remeh, Ini Pentingnya Melakukan Skrining Bayi Baru Lahir
Nah pada peliputan khusus yang dilakukan Nakita.id kali ini akan membahas berbagai macam jenis-jenis skrining yang wajib dijalani sang buah hati ketika baru lahir ke dunia.
Menurut salah seorang ahli bernama dr. Yovita Ananta, Sp.A, IBCLC, MHSM dari Rumah Sakit Pondok Indah, Pondok Indah pada Sabtu, (06/02/2021) dalam wawancara mendalam bersama Nakita.id mengatakan, jenis skrining yang pertama adalah APGAR.
Tes APGAR ini merupakan pemeriksaan untuk memastikan apakah bayi sehat dan bugar.
Selain tes APGAR, ada beberapa jenis skrining lainnya sebagai berikut:
1. Tes APGAR
Tes APGAR merupakan penilaian fisik yang dilakukan tenaga medis (dokter atau bidan) saat bayi baru lahir, untuk mengetahui apakah bayi sehat dan bugar.
Nilai APGAR yang baik menunjukkan bayi dapat beradaptasi dengan baik di luar rahim Moms.
Penilaian skor APGAR meliputi:
Bayi dinilai APGAR pada menit pertama dan kelima kehidupan, dan dilanjutkan di menit ke-10, 15, dan 20 jika nilai APGAR pada menit 1 dan 5 tidak baik.
Baca Juga: Pelindung Telinga Bayi dan Anak Agar Terhindar Kehilangan Pendengaran
2. Tes bilirubin (kadar kuning pada bayi)
70-80% bayi baru lahir mulai mengalami kuning pada hari ke-2 atau 3 setelah kelahiran; kuning dapat terlihat dari mata, mulut dan kulit.
Kondisi ini disebabkan karena terdapat penumpukan zat bilirubin dalam tubuh bayi.
Bayi yang terlihat kuning, dapat dilakukan tes bilirubin darah, dengan mengambil sedikit sampel darah dari tumit bayi (prick test).
Jika hasil bilirubin tidak terlalu tinggi, dokter akan menyarankan agar bayi disusui lebih sering dan dipantau berkala.
Namun apabila kadar kuning melewati ambang batas aman usia bayi, atau meningkat terlalu cepat, bayi akan diberikan terapi sinar atau fototerapi.
Kuning dapat menjadi masalah yang serius apabila kadar bilirubin sangat tinggi, karena dapat mengakibatkan kerusakan otak Si Kecil.
Selain tes APGAR dan tes bilirubin, seorang dokter bernama dr. Juliawaty Salim, Sp.A dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran pada Kamis, (04/02/2021) dalam wawancara khusus bersama Nakita.id mengungkapkan, ada pula tes pendengaran dan skrining lainnya yang tak kalah penting untuk dilakukan.
3. Tes pendengaran
Dimana skrining yang biasa dilakukan pada bayi baru lahir pertama adalah skrining pada pendengaran bayi.
Karena pendengaran bayi baru lahir perlu kita deteksi dari awal sebab tidak mudah mendeteksi adanya gangguan pendengaran pada awal kehidupan, maka perlu dilakukannya skrining.
Baca Juga: Simak 6 Perkembangan Bayi Usia Satu Bulan Agar Tidak Salah Asuh
Biasanya skrining pendengaran yang kita lakukan adalah dengan OAE (Oto Accoustic Emissions) untuk tes pendengaran, bila ada hasil yang kurang baik maka harus dilakukan pemeriksaan lanjut.
4. Skrining TSH (Hipotiroid Kongenital)
Pentingnya skrining ini adalah karena sering pada awal kehidupan bayi ditemukan Hipotiroid Kongenital, yaitu dimana kadar hormon tiroidnya rendah pada saat lahir dan harus diantisipasi sejak dini.
Kenapa? Karena sangat krusial sekali dan penting, apabila tidak diatasi maka anak akan mengalami repadasi mental yang berat.
Sehingga diseluruh tempat sudah dilakukan skrining hipotiroid kongenital.
Ibu Hamil Tidak Boleh Duduk Terlalu Lama, Ini Risiko dan Solusi untuk Kehamilan Sehat
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR