Nakita.id - Penyakit mata pada anak tidak boleh luput dari pemantauan orangtua.
Moms harus memerhatikan kesehatan mata anak sejak ia baru dilahirkan dan selama tumbuh kembangnya.
Mungkin selama ini orangtua tahunya penyakit mata yang bisa diderita oleh bayi atau anak-anak hanyalah rabun jauh.
Alhasil orangtua hanya memantau saat Si Kecil melakukan aktivitas agar tidak terlalu dekat, meminimalisir penggunaan gadget, dan sebagainya.
Cara itu tidak salah, tetapi Moms harus memahami bahwa penyakit mata yang diderita bayi dan anak-anak tidak sekadar rabun jauh.
Ada berbagai macam penyakit mata yang bisa diderita oleh bayi atau anak-anak.
Bahkan ada juga penyakit mata yang bisa diderita sejak bayi baru dilahirkan.
Dalam wawancara eksklusif bersama beberapa dokter mata, Nakita.id merangkum penyakit-penyakit mata yang bisa diderita oleh bayi dan anak-anak mulai dari yang paling ringan hingga berat.
1. Mata merah
Penyakit mata merah memanglah paling umum dialami oleh anak-anak.
Penyebab mata ringan yang masih tergolong ringan yaitu saluran air mata yang belum terbuka sempurna sehingga aliran air mata tidak lancar.
"Bakteri-bakteri yang ada di kelopak mata akhirnya jadi banyak, dia berkembang biak di situ. Akhirnya dia banyak kotoran dan infeksi juga responsnya adalah matanya jadi merah," jelas seorang dokter spesialis mata yang praktik di RS Pondok Indah Bintaro Jaya, dr. Dian Astriani, Sp.M.
Penularan secara tidak langsung dari orang yang sedang menderita mata merah juga bisa membuat Si Kecil menderita mata merah sehingga butuh kedisiplinan tinggi dalam menjaga kebersihan tangan.
Baca Juga: Mata Merah Pada Bayi: Inilah 3 Penyebab dan Pertolongan Pertama yang Bisa Dilakukan di Rumah
2. Belekan
Penyakit mata yang kerap diderita bayi selanjutnya yaitu belekan.
Dalam kategori ringan, penyebab belekan yaitu karena sistem saluran yang ada di kelopak mata ke hidung mengalami gangguan.
Umumnya masalah belekan ini bisa terjadi pada bayi hingga usia 1 tahun.
Dan pemijatan menjadi solusi untuk membuka sistem saluran di kelopak mata ke hidung.
3. Rabun jauh
Penyakit mata rabun jauh menjadi salah satu gangguan pengelihatan yang paling umum menyerang anak.
Penyebabnya bisa dari gadget dan aktivitas jarak dekat yang terlalu sering serta genetik atau keturunan.
Dengan begitu penting bagi orangtua, khususnya yang juga menggunakan kacamata untuk segera memeriksakan kesehatan mata Si Kecil sejak bayi.
"Di usia 3-5 tahun perhatikan benar pola pengelihatannya. Misalnya pola pengelihatannya dia sering mendekat kepada objek, sering kucek-kucek mata itu perlu diperiksakan kemampuan melihatnya," jelas dokter mata yang praktik di RS Pondok Indah Puri Indah, dr. Junaedi, Sp.M.
4. Rabun dekat
Tak hanya rabun jauh, anak-anak ternyata juga bisa menderita rabun dekat.
Sebenarnya anak baru lahir memanglah memiliki mata dengan lensa positif atau rabun dekat.
Baca Juga: Bayi Sering Menjulingkan Matanya? Pahami 2 Penyebab Utama Mata Juling Pada Bayi dan Anak Ini
"Kalau ditemukan dia umur 3 tahun lensanya plus, biasanya dengan waktu kita observasi bisa berkurang ada masih kemungkinan untuk berkurang lensa plusnya," jelas dr. Dian.
Tetapi kalau anak yang sudah lebih besar ternyata menderita rabun dekat, maka itu bisa disebabkan oleh keturunan.
5. Mata juling
Mata juling juga masuk dalam penyakit mata yang bisa diderita oleh bayi dan anak-anak.
Bisa dikarenakan keturunan ataupun mata malas sehingga perlu dilakukan terapi kalau masih ringan ataupun operasi kalau julingnya lebih dari 20 derajat.
dr. Juanedi mengakui bahwa mata juling ini bisa disembuhkan tetapi hanya untuk memperbaiki posisinya saja.
6. Buta warna
Buta warna bisa juga menjadi salah satu penyakit mata yang diderita oleh bayi atau anak-anaknya.
Buta warna bisa disebabkan karena keturunan atau adanya peradangan saraf mata.
Biasanya buta warna lebih rentan diderita oleh anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
"Dia (anak laki-laki) membawa satu buah gen saja dia sudah bisa manifest, lain dengan anak perempuan kalau dia bawa satu gen dia bisa tidak muncul kecuali ayahnya buta warna ibunya butawarna muncul duadua gennya dia juga akhirnya buta warna juga," jelas dr. Dian.
7. Retinopati prematuritas (ROP)
ROP ini lebih rentan diderita oleh bayi yang lahir secara prematur.
"ROP retinopati prematuritas suatu kelainan yang melibatkan bagian saraf mata dimana tidak berkembang sempurna karena prematuritasnya," jelas professor sekaligus dokter mata khusus mata anak yang praktik di RS Pondok Indah, Prof. Dr. dr. Rita Sita Sitorus, Sp.M, (K).
ROP yang tidak dideteksi sedini mungkin atau sudah parah akan berdampak pada kebutaan.
Dengan begitu penting untuk meminta pemeriksaan ROP sedini mungkin usai melahirkan secara prematur.
8. Katarak
Katarak juga masuk dalam penyakit mata yang bisa diderita oleh bayi dan anak-anak.
Tanda katarak pada bayi atau anak yang harus diwaspadai yaitu tanda putih di matanya.
Bisa disebabkan oleh keturunan, kelainan metabolik akibat infeksi saat Moms masih hamil, atau trauma akibat tertusuk benda.
"Tapi apapun harus dilakukan operasi itu adalah pengobatannya gak ada pengobatan lain katarak selain operasi," jelas Prof. Rita.
9. Gonore atau GO
Gonore atau GO merupakan bentuk parah dari penyakit belekan.
Dan kalau tidak segera diobati bisa menyebabkan kerusakan pada jaringan bola mata.
Pasalnya GO ini akan membuat kornea terkikis dan kalau sudah lebih dari 1/3 yang terkikis dapat meninggalkan bekas luka alhasil Si Kecil menderita gangguan pengelihatan secara permanen.
Baca Juga: Penyebab Mata Bayi Belekan, Mulai Dari yang Paling Ringan Sampai yang Paling Ganas
dr. Junaedi menyarankan untuk Moms segera antisipasi kalau bayi memiliki belek yang kental dan berwarna hijau karena itu menjadi tanda ada bahwa kumannya cukup berat dan ganas.
10. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital ini bentuk parah dari mata merah yang diderita oleh anak-anak.
Sebenarnya glaukoma kongenital lebih sering diderita oleh orang dewasa usia di atas 40 tahun.
Tapi tidak menutup kemungkinan juga diderita oleh anak-anak dengan gejala mata merah, berair, mudah silau, dan bola mata tampak lebih besar.
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR