Nakita.id - Peringatan Hari Perempuan Internasional jatuh tepat pada hari ini Senin, (08/03/2021).
Momen Hari Perempuan Internasional ini dianggap penting untuk menyadarkan perempuan bahwa mereka memiliki hak yang sama dengan para laki-laki.
Namun, pada kenyataannya saat ini para perempuan di Indonesia masih harus menghadapi berbagai tantangan yang tak jarang merugikannya.
Salah satu tantangan terbesar kaum perempuan hingga saat ini adalah masalah reproduksi dan pemberdayaannya di berbagai bidang yang belum maksimal hingga saat ini karena adanya tekanan sosial.
Menurut salah sorang ahli bernama Dr. dr. Melania Hidayat, MPH selaku UNFPA Assistant Representative mengatakan, kesehatan reproduksi masih menjadi masalah sekaligus tantangan yang serius bagi para perempuan di tingkat global.
Akibat masalah kesehatan reproduksi tersebut justru berakibat fatal meningkatkan kematian kaum ibu.
Ada banyak penyebab yang membuat tingkat kematian ibu semakin meninggi.
"Penyebabnya bisa dari kualitas pelayaan kesehatan, selain itu posisi perempuan yang masih ditempatkan tidak sejajar dengan kaum laki-laki," ungkap dr. Melania dalam acara yang diselenggarakan oleh DKT Indonesia yang bekerja sama dengan Andalan yang mengusung tema 'Perempuan Sadar Pilihan', Senin (08/02/2021).
Di Indonesia sendiri berdasarkan data di tahun 2019-2020 yang disampaikan oleh dr. Eni Gustina, MPH selaku Deputi KB KR BKKBN, ada sekitar 4.100-4.400 angka kematian ibu.
Sedangkan untuk kematian bayi juga meningkat yang tadinya hanya sekitar 22.000 kini mencapai 44.000.
Angka kematian ibu dan bayi tersebut bisa terjadi karena wanita yang sering kali tidak berani mengambil keputusan atas reproduksinya.
Selain itu, angka kematian ibu dan bayi bisa meningkat karena meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan.
dr. Eni menyampaikan angka kehamilan yang tidak diinginkan dari yang tadinya hanya sekitar 17,5% kini mencapai 20,3%.
Selain kehamilan yang tidak diinginkan, tingkat kematian ibu dan anak juga disebabkan karena banyaknya wanita yang menikah di bawah umur.
Ada sekitar 49% wanita yang menikah di bawah umur 20 tahun.
Maka dari itu, dalam rangka perayaan Hari Perempuan Internasional para kaum Moms diharapkan sadar bahwa permasalahan reproduksi adalah hak Moms seutuhnya.
Jangan takut untuk mengambil keputusan, jangan sampai keputusan tersebut justru malah merugikan Moms.
Pasalnya jika kesehatan reproduksi bermasalah maka Moms sendiri yang akan merasakannya.
Menurut dr. Eni, para perempuan di Indonesia memang harus diedukasi agar paham dan berani memutuskan pilihan atas reproduksinya.
"Edukasi menjadi sangat penting agar para perempuan berani memutuskan hak untuk reproduksinya," jelas dr. Eni.
Menurut dr. Eni, Moms berhak untuk menentukan ingin memiliki jumlah buah hati berapa pun.
Kalau sudah cape memiliki buah hati Moms berhak untuk bilang kepada suami dan memilih keputusan sendiri.
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR