Daisy mengatakan intinya sebenarnya manusia dibekali kemampuan beradaptasi pada situasi yang ada, tetapi tiap orang memiliki cara dan tingkat adaptasi yang berbeda-beda.
Itu tergantung pertama motivasi: kenapa harus beradaptasi hingga apa yang harus kita ubah.
Kedua, dukungan orang terdekat: ini berpengaruh apakah kita bisa bertahan dalam perubahan-perubahan pada masa pandemi Covid-19.
Ketiga, dukungan regulasi: peraturan pemerintah bisa mempengaruhi seberapa lama warga bertahan dalam perubahan-perubahan ini.
Keempat, kemampuan diri sendiri: untuk melakukan tindakan-tindakan baru berarti kita sebenarnya mampu memakai masker untuk bertahan.
Dari sini muncul kelompok sosial yang lebih sulit beradaptasi yaitu kaum non-digital netizen, kaum muda terkait dengan perubahan kebiasaan berteman dan berkumpul, hingga warga pemukiman padat.
"Yang penting yang ingin saya share adalah kalau kita ngomongin berapa lama manusia bisa bertahan, walaupun ada yang sebentar, ada yang lama tapi tentu saja pasti ada batasnya.
Ada satu titik di mana kita merasa jenuh terhadap perubahan-perubahan yang ditawarkan atau minta itu yang disebut pandemic fatigue atau kejenuhan sosial terhadap pandemi. Ini bisa mempengaruhi angka kepatuhan kita," jelas Daisy.
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR