Tak hanya itu, risiko lain yang bisa muncul adalah membuat anak tergiur dengan hal-hal materiil yang sifatnya sementara.
“Kedua, anak akan semakin mendasarkan kebahagiannya pada barang-barang yang sifatnya materiil. Misalnya, seberapa sering liburan, seberapa banyak mobil, seberapa banyak mainan,” ujar psikolog yang telah tersertifikasi ‘Certified Parent-Child Interaction Therapist’ ini.
“Anak jadi terbangkitkan keingan-keinganannya akan kepemilikikan materi yang sebenarnya hanya sementara saja. Karena lebih sering yang ditampilkan dan banyak likes pada media sosial adalah hal-hal materiil,” pungkasnya dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR