Nakita.id - Memasuki bulan April, sebentar lagi akan dirayakan Hari Kartini.
Dimana setiap tahun di 21 April memperingati sosok Raden Ajeng Kartini yang merupakan sosok pahlawan perempuan yang membela hak-hak perempuan.
Dan tepat di April ini juga, majalah Intisari akan mengulas sosok-sosok perempuan inspiratif.
Tak hanya sosok perempuan di zaman milenials, tetapi juga perempuan-perempuan inspiratif dari zaman yang berbeda.
Atau Moms bisa menyebutnya dengan perempuan digdaya.
Para perempuan digdaya ini tidak hanya memiliki pemikiran yang jauh ke depan, tetapi juga bisa memengaruhi orang di zamannya dari pemikirannya tersebut.
Apa sih tapi sebenarnya digdaya itu sendiri?
Zaman dulu 'digdaya' diartikan sebagai sakti, ampuh, atau tak terkalahkan.
Tetapi seiring perkembangan zaman, digdaya bisa juga diperuntukkan bagi orang-orang berilmu.
Pasalnya tanpa ilmu dan pengetahuan, tentu saja kita semua tidak bisa sampai di dunia yang maju sekarang ini.
Salah satu sosok perempuan digdaya yaitu Soerastri Karma Trimuti.
Soerastri Karma Trimurti merupakan seornag jurnalis sekaligus tokoh pergerakan pemuda pada 1930-an.
Selain itu, ada pula Roehana Koeddoes yang menjadi jurnalis perempuan pertama di Indonesia.
Sosok perempuan lainnya yaitu Inggit Garnasih yang merupakan perempuan inspiratif sekaligus mendukung gagasan presiden pertama Indonesia yaitu Bung Karno.
Kalau kita menarik waktu lebih jauh, di abad ke-14 terdapat sosok perempuan bernama Bhre Kahuripan yang merupakan pemimpin Kerajaan Majapahit berasal dari Kerajaan Majapahit.
Di abad selanjutnya yaitu abad ke-15, perempuan kembali berhasil menduduki posisi pemimpin dalam Kerajaan Majapahit.
Kemudian dari Aceh, ada Keumalahayati yang menjadi laksamana perempuan pertama di dunia modern.
Armada Keumalahayati didukung lebih dari 2.000 janda pada abad ke-16.
Bahkan bumi dan kesuburan kerap disimbolkan sebagai sosok dewi atau ibu.
Nah di edisi April ini, Majalah Intisari juga akan memasuki sejarah baru karena adanya perubahan dalam perwajahan dan pokok ulasan.
Majalah Intisari akan lebih memantapkan dalam pembahasan utama dalam biografi, histori, dan tradisi.
Biografi, tokoh-tokoh yang memiliki pemikiran atau karya untuk mengubah Indonesia menjadi lebih baik.
Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu RA Kartini Wariskan Benda Ini Kepada Anaknya
Histori, kisah bergenre sejarah populer tentang peristiwa atau kejadian masa silam, namun selalu dikaitkan dengan situasi kininya.
Tradisi, penjelajahan seni dan budaya yang menjadi bagian keseharian masyarakat, termasuk upaya pelestariannya.
Dan semua itu berkaitan dengan keteladanan manusia dalam melewati setiap tantangan zaman.
Tetapi untuk gaya pembahasan yang cerdas dan menginspirasi milik Majalah Intisari tidak akan berubah.
Mari ikuti jargon #KitaDigdaya untuk Indonesia berdaya!
Sejarah Majalah Intisari
Majalan Intisari menjadi bagian dari untaian sejarah media di Indonesia.
Lahirnya Majalah Intisari saat rezim pengekangan informasi pada 1960-an.
Selain itu, momen bersejarah yang terkait dengan lahirnya Majalah Intisari yaitu Candi Prambanan.
Dalam sebuah pertunjukan sendratari dalam bias sinar rembulan di pelataran candi itu, Jakob Oetama dan Petrus Kanisius Ojong membicarakan sebuah media baru di tengah kekangan informasi oleh negara.
Baca Juga: Disebut Sebagai Sosok Kartini Masa Kini, Andien Aisyah: 'Perempuan Ditakdirkan Punya 1000 Tangan'
Demi seluruh warga dapat mengakses informasi, Jakob Oetama dan Petrus Kanisus Ojong sepakat menerbitkan media dengan gaya cerita manusia yang bukan renungan atau opini belaka.
Jakob dan Ojong pun memiliki latar belakang yang sama yaitu seorang guru, memiliki minat pada sejarah, dan jurnalis.
Jakob adalah jurnalis dan memimpin majalah Penabur, sementara Ojong pernah menjadi jurnalis di Keng Po dan memimpin majalah Starweekly.
Boleh dikata, INTISARI juga merupakan titisan dan kelanjutan sejarah pers Tionghoa.
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Source | : | Intisari |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR