Nakita.id - Beberapa orang tua memperhatikan kebutuhan nutrisi bayi tetapi melupakan kebutuhan nutrisi remaja.
Padahal memperhatikan kebutuhan nutrisi remaja juga penting untuk menghindari penyakit kronis sejak dini.
Melihat hal ini BKKBN mengadakan Webinar "Aku, Asupanku, & Masa Depanku" pada Selasa (13/4/2021) untuk membuka mata Moms pentingnya kebutuhan nutrisi remaja.
Baca Juga: Moms, Alergi Susu Sapi Ternyata Berbeda dengan Intoleransi Laktosa
"William Frey mengkategorikan generasi berdasarkan tahun lahirnya. Remaja saat ini masuk ke generasi Z yaitu mereka yang lahir pada tahun 1997-2012.
Pada Sensus Penduduk Indonesia 2020, gen Z menempati proporsi terbanyak dari jumlah populasi di Indonesia yaitu hampir 28%.
Ini merupakan sasaran strategis sebenarnya, mereka ini adalah investasi masa depan bangsa kita karena dalam 10 tahun mendatang mereka akan memasuki usia produktif yaitu pasangan usia subur yang akan bereproduksi dan juga memasuki usia bekerja," jelas dr. Sheena RA, M.Gizi, SpGK.
Dokter Sheena kemudian mengatakan sangat penting untuk kita memperhatikan kebutuhan nutrisi remaja.
"Biasanya kita memperhatikan gizi pada anak, ibu hamil, usia remaja sering terlupakan padahal jika kita lihat dari data RISKESDAS 2018 bahwa di Indonesia sendiri ada sekitar 25,7% usia 13-15 tahun mengalami status gizi dengan perawakan sangat pendek / pendek.
Begitu juga dengan usia 16-18 tahun lebih tinggi hingga 27% remaja kita itu mengalami status gizi dengan perawakan tubuh yang sangat pendek / pendek di bandingkan seusianya," papar dokter Sheena.
Sementara indeks massa tubuh remaja Indonesia sama saja masih ada masalah yaitu sekitar 8,7% remaja usia 13-15 tahun mengalami status gizi dengan indeks massa tubuhnya sangat kurus - kurus bahkan gemuk - obesitas sekitar 16%.
Sedangkan sekitar 8,1% remaja usia 16-18 tahun mengalami status gizi dengan indeks massa tubuhnya sangat kurus - kurus bahkan gemuk - obesitas sekitar 13,5%.
"Menurut Caleyachetty pada tahun 2018 mereka meneliti status gizi remaja di negara dengan low-middle income.
Pada saat ini terjadi Double Burden of Malnutrition di mana pada suatu bangsa itu terjadi masalah Undernutrition baik itu Stunting atau Thinness dan Overnutrition baik itu Overweight atau Obesity dan terjadi secara bersamaan, terjadi juga di Indonesia bila kita lihat data RISKESDAS 2018.
Bagaimana dengan remaja putri kita? Angka anemia meningkat sekali dari tahun 2013 hanya sekitar 37,1% namun pada 2018 menjadi 48,9%," jelas dokter Sheena.
Sementara, siklus malnutrisi tersebut seperti lingkaran setan dan terus berulang apabila kita tidak melakukan pencegahan.
"Apabila seorang remaja putri mengalami malnutrisi maka kita mulai dari remaja menjadi ibu hamil yang mengalami malnutrisi pada saat kehamilan.
Nanti akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Bagaimana dengan laki-laki? Jika mereka seorang suami dan mengalami malnutrisi maka mereka akan menjadi seorang kepala rumah tangga yang mempunyai kapasitas fungsional yang kurang baik.
Sehingga tidak bisa memberikan nafkah yang cukup buat keluarganya dan itu akan menghasilkan keluarga yang akhirnya akan mengalami malnutrisi di usia lanjutnya," papar dokter Sheena.
Baca Juga: Hal Sepele Ini yang Dilakukan Saat Hamil Ini Buat Anak Jadi Stunting, Yuk Cari Tahu Lebih Lanjut!
Salah satu pencegahan melalui pemenuhan gizi, memang ada faktor yang mempengaruhi yaitu perubahan pola makan: saat anak-anak mereka makan bersama keluarga, tetapi saat remaja makan sendiri.
Selanjutnya, perubahan pilihan makanan di mana gerai makanan siap saji mengadakan promosi lalu dibuat paket dengan harga lebih murah membuat remaja memilihnya.
Tak terlepas dari itu, ada gerai makanan atau minuman siap saji baru buka dan hits di kalangan remaja maka tidak sungkan-sungkan remaja kita datang.
Di sisi lain adanya gadget dan media sosial memudahkan akses makanan yang remaja inginkan tetapi mereka tidak tahu makanan yang mereka pilih memiliki kandungan gizi baik atau tidak.
Perubahan gaya hidup: dulu pada masa anak-anak bermain di luar rumah sekarang lebih banyak dihabiskan di depan laptop atau gadget.
Perubahan konsep diri: merasa diri terlalu gemuk sehingga memutuskan diet terlalu ketat lalu mengalami gangguan makan seperti anoreksia nervosa atau bulimia.
Dokter Sheena mengatakan perubahan konsep diri pada remaja ini juga dipengaruhi oleh media sosial atau tontonan.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR