Nakita.id.- Sushi adalah makanan asal Jepang yang cukup familiar bagi masyarakat Indonesia.
Sushi cukup banyak peminatnya, karena memiliki banyak kesamaan dengan budaya Indonesia.
Salah satunya, menggunakan bahan utama beras, yang juga bahan makanan pokok masyarakat Indonesia.
Apalagi untuk aneka isi atau topping-nya kebanyakan menggunakan aneka hasil laut (seafood) yang juga tak asing bagi masyarakat Indonesia.
Penggemar sushi boleh dibilang dari berbagai kalangan dan tidak dibatasi pula oleh jenis kelamin.
BACA JUGA: Hindari Kebiasaan ini Bila Tak Ingin Mengidap Penyakit Jantung! No.4 Tak Terduga
Kalau Moms yang sedang hamil juga menyukai sushi, tentunya dengan pertimbangan alasannya bahwa ikan dan aneka hasil laut tersebut tergolong makanan sehat, baik bagi janin maupun si ibu sendiri.
Ikan memiliki kandungan protein yang baik bagi tumbuh kembang janin.
Memang, sih, belum ada bukti ilmiah yang menyatakan sushi dapat berpengaruh buruk terhadap kehamila.
Bahkan, di negara asalnya, Jepang, kebiasaan makan sushi dan ikan mentah sudah jadi bagian dari pola makan sehat selama hamil bagi orang Jepang.
Sebetulnya, ada banyak variasi sushi, di antaranya oinarisan (sushi kulit tahu), oshi zushi (sushi tekan), sashimi, dan sebagainya.
Khusus sashimi yang menggunakan topping irisan ikan mentah, kerap menimbulkan pro dan kontra yang memunculkan anggapan bahwa mengonsumsi sushi itu berbahaya.
Kalau menurut Annisa Rizkiriani, SGz., MSi., Dosen di Institut Pertanian Bogor, sebenarnya, tidak hanya sushi yang menggunakan ikan mentah yang membahayakan, tapi semua sajian yang menggunakan bahan pangan mentah memang membahayakan bagi ibu hamil.
"Sebaiknya mengonsumsi bahan makanan yang sudah dimasak atau diolah. Alasannya, pangan hewani yang mentah atau setengah matang berisiko tercemar bakteri, virus, parasit yang berbahaya bagi ibu hamil," jelas Annisa.
Contohnya, toksoplasma yang kerap terdapat pada daging, sangat berbahaya bagi tumbuh kembang janin.
Khusus untuk sushi, bukan hanya ikan mentahnya yang patut diwaspadai, melainkan juga jenis ikannya.
BACA JUGA: Sebanyak 80% Perceraian di Indonesia Diakibatkan oleh Media Sosial
Annisa menyarankan menghindari ikan yang berasal dari perairan laut yang tercemar oleh merkuri karena dikhawatirkan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin.
Kandungan merkuri pada ikan berpotensi menganggu perkembangan sistem saraf pusat janin.
Jadi, jangan sembarangan mengonsumsi ikan, ya, Moms. Setidaknya, Moms mencari tahu dan paham akan jenis-jenis ikan yang kandungan merkurinya sedikit.
Atau, mengetahui wilayah penangkapan ikan yang akan dikonsumsinya. Umumnya ikan yang hidup di perairan laut Samudera Hindia yang meliputi Australia memiliki kadar merkuri rendah.
Beberapa jenis ikan yang memiliki kadar merkuri tinggi: ikan hiu, ikan todak, makarel raja, ikan marlin, dan termasuk jenis ikan karang seperti kerapu. Mohon dihindari, ya, Moms.
Bila terpaksa mengonsumsi, disarankan tidak lebih dari satu porsi setiap dua minggu.
BACA JUGA: Ingin Miliki Kulit Awet Muda? Yuk Lakukan 7 Kebiasaan Mudah Ini!
Sedangkan ikan dengan kadar merkuri rendah meliputi: lobster berduri, ikan forel, cumi-cumi, ikan putih, kepiting, ikan lele, mullet, ikan teri, udang karang, ikan salmon, tiram, dan tilapia.
Idealnya, frekuensi makan ikan (sushi) adalah tak lebih 3 kali dalam seminggu.
Hal ini diperkirakan sudah mampu memenuhi kecukupan protein bagi ibu hamil yang mencapai 20 g per hari (Angka Kecukupan Protein, 2012).
Apalagi, sumber protein bukan hanya bisa diperoleh dari ikan, tetapi juga dari ayam, kambing, daging sapi, telur, dll.
Selain itu, masih ada sumber protein nabati, seperti kacang-kacangan (kacang tanah, kacang kedelai, jagung, dll.)
Semakin beragam sumber protein yang dikonsumsi, maka kebutuhan akan protein menjadi semakin lengkap dan terpenuhi.
Itulah mengapa, Moms disarankan mengonsumsi beraneka sumber protein. (*)
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR