"Pembagian sistim shift-nya diserahkan ke sekolah. Jadi tidak harus satu minggu masuk, satu minggu libur. Tapi bisa jadi dalam seminggu seorang siswa datang aja cukup misalnya biasanya 6 hari cukup maksimal 3 hari," papar Jumeri.
Dan pengaturan ini shift ini bukanlah pakem dari pemerintah sehingga sekolah punya kewenangan untuk mengaturnya.
"Kemudian pengaturan ini diserahkan kepada kepala sekolah dan guru-guru setempat karena kepala sekolahlah dan guru-gurulah yang lebih tau dari kondisi riil putra-putrinya sehingga mereka bisa memilih antara pagi dan siang," ujar Jumeri.
Jumeri pun mencontohkan sistem shift pembelajaran yang bisa saja diterapkan.
"Misalnya dalam satu kelas kelompok A berangkat pagi kelompok B berangkat siang. Atau kelompok A berangkat hari ini kelompok B besok pagi. Bergiliran itu bisa jadi seperti itu," ujarnya.
Dan lagi-lagi Jumeri menekankan bahwa seluruh sistem kegiatan belajar mengajar agar efektif diserahkan kepada sekolah.
"Dan itu kita tidak memaksakan modelnya tiap hari harus seminggu sekali, tidak. Nanti sekolahlah yang lebih mengerti apa yang terbaik untuk bisa dilakukan di sekolahnya," jelasnya.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR