"Bisa dibilang ada masa atau ada proses yang dilompati sehingga kemudian berpengaruh terhadap cara dia mengelola dirinya, kesehatan mentalnya dia, cara dia mengelola hubungan relasi dengan lingkungan," katanya.
"Terutama tentang persepsinya tentang relasi pasangan relasi romantis, kemudian juga relasi dia terhadap dinamika dalam keluarga dan segala macam hal," papar Ella.
Ella menyebutkan bahwa sangat memungkinkan proses pengembangan diri anak usia remaja jadi terhambat ketika tidak ada kesempatan yang penuh dalam perkembangannya.
Perlu diketahui juga bahwa anak usia remaja merupakan waktu mereka untuk mengekplorasi diri mereka.
Ketika dihadapkan dengan kenyataan dengan momen yang memaksa ia menjadi lebih dewasa, akan membuat kondisi mental dalam jangka panjangnya terganggu.
Apalagi perkawinan anak yang akan membuat anak mengalami banyak kerugian seperti putus sekolah, mendapatkan KDRT, dampak merusak pada fungsi reproduksi, kecenderungan gangguan kesehatan mental, dan terputusnya aspirasi untuk pengembangan potensi diri.
Melihat banyaknya dampak buruk tersebut, Ella merasa perlu peran banyak pihak untuk mencegah perkawinan usia anak.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR