Nakita.id - Pandemi Covid-19 memaksa sistem pembelajaran di sekolah berubah total.
Dimana tadinya murid diwajibkan masuk ke sekolah setiap hari, kini justru kegiatan belajar mengajar berubah hanya di rumah saja.
Tak terasa, pembelajaran jarak jauh (PJJ) pun sudah dilaksanakan hampir dua tahun lamanya.
Para siswa dan tenaga pengajar juga sudah mulai membiasakan diri menjalani hal baru ini.
Meskipun pada awalnya tenaga pengajar dan siswa mengalami banyak kendala, kini semuanya sudah bisa diatasi dengan baik.
Lantas sejauh ini apakah PJJ sudah berjalan efektif?
Berdasarkan hasil peliputan yang dilakukan Nakita.id, kali ini mendapatkan hasil bahwa sebenarnya PJJ yang dilakukan selama ini belum berjalan cukup efektif.
Hal tersebut tentu saja sangat wajar, mengingat ada banyaknya kendala di lapangan baik yang dialami guru maupun siswa.
Mulai dari jaringan internet, hingga masih banyaknya orangtua yang belum mahir menggunakan teknologi saat mendampingi anaknya belajar.
Akibatnya, guru pun mau tidak mau harus memberikan bimbingan kepada siswa dan juga para orangtua.
"Sebenarnya secara efektif sih belum ya, karena kan belum mencapai 100%, ya. Karena kan kita memang benar-benar ditimpa musibah Covid-19, jadi mau tidak mau kita harus berfokus pada siswa dengan proses pembelajaran jarak jauh walaupun banyak sekali kendala-kendala yang kita hadapi di lapangan seperti kuota, jaringan internet susah," jelas Apriningsih, S.Pd selaku guru SD Amir Hamzah, Jakarta Pusat, Kamis (1/3/2021)
"Kemudian orangtua yang masih gaptek dan butuh arahan, anak-anak yang masih butuh bimbingan juga, karena kan proses belajar di rumah dengan di sekolah itu kan beda," imbuhnya dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id.
Selain itu, menurut Apriningsih, tingkat kedisplinan anak juga kerap menjadi masalah yang membuat proses PJJ menjadi kurang efektif.
"Kadang-kadang mereka yang tadinya disiplin jam 6 sudah siap-siap berangkat sekolah, dan jam 7 sudah siap proses pembelajaran secara tatap muka, tetapi ini karena belajar di rumah banyak anak yang justru belum siap dan masih tidur, ada yang masih mandi, ada yang masih malas-malasan padahal proses belajar itu jam 7 memang harus sudah dimulai," ungkap Apriningsih.
Senada dengan Apriningsih, Dra. Maria Goretti Suryani, Kepala Sekolah SMP Vianney di Jakarta Barat, juga mengaku bahwa tingkat kedisplinan siswa masih menjadi masalah.
"Aspek sikap ini agak sulit diukur karena indikator penilaian masih terbatas dengan ketertiban membuka kamera, kehadiran dalam meet, ketertiban dalam pengumpulan tugas, dan menggunakan seragam. Sedangkan, pembiasaan sopan santun untuk menyapa, senyum, dan sebagainya lebih pada tanggung jawab orangtua," terang Dra. Maria dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id, Sabtu (3/7/2021).
Dengan adanya hal tersebut, tak heran bila Dra. Maria mengatakan, bahwa sejauh ini masih lebih efektif dengan sekolah tatap muka.
"Kalau online-nya sendiri saat ini bisa dibilang efektif, akan tetapi kalau dibandingkan dengan tatap muka ya belum efektif," tutup Dra. Maria.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR