Nakita.id - Baru-baru ini obat tocilizumab jadi sorotan publik.
Sebelumnya obat tocilizumab dikenal sebagai obat rhaumatoid arthritis.
Reumatoid arthitis merupakan penyakit autoimun yang menyerang persendian.
Obat tocilizumab kini kerap digunakan untuk mengobati pasien Covid-19 yang bergejala parah.
Pemberian obat tocilizumab biasanya untuk pasien Covid-19 yang mengalami pneumonia parah.
Dalam sebuah penelitian di Inggris yang dipublikasikan pada (11/2/2021), obat Tocilizumab mengurangi risiko kematian di antara pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 parah.
Obat ini juga mempersingkat waktu pemulihan dan mengurangi kebutuhan ventilasi mekanis,
"Kami sekarang tahu bahwa manfaat tocilizumab meluas ke semua pasien Covid-19 dengan kadar oksigen rendah dan peradangan yang signifikan," kata Peter Horby, profesor penyakit menular di Universitas Oxford di Inggris dan peneliti utama bersama pada uji coba RECOVERY, dikutip Reuters (12/02/2021).
Melansir dari Kompas.com, Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt mengatakan bahwa obat tocilizumab bisa mengobati badai sitokin yang dialami pasien Covid-19 yang kritis.
Badai sitokin merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh yang justru bisa menyebabkan peradangan pada beberapa anggota tubuh.
Untuk kasus pasien Covid-19 yang mengalami badai sitokin, biasanya organ yang mengalami peradangan dalah paru-paru.
Baca Juga: Inilah Obat-obatan yang Boleh dan Tidak Boleh Diminum Pasien Covid-19 yang Jalani Isolasi Mandiri
Badai sitokin banyak menyebabkan pasien Covid-19 kesulitan bernapas hingga meninggal dunia.
"Tocilizumab sebenarnya merupakan obat anti interleukin 6. Interleukin 6 merupakan salah satu sitokin yang bisa menyebabkan inflamasi," ujar Prof Zullies.
Obat ini mulai ditambahkan ke uji coba pada April 2020 untuk pasien dengan Covid-19 yang membutuhkan oksigen dan memiliki bukti peradangan.
Data penelitian berasal dari 2.022 pasien Covid-19 yang secara acak dialokasikan untuk menerima tocilizumab melalui infus intravena dan dibandingkan dengan 2.094 pasien yang secara acak dialokasikan untuk perawatan biasa saja.
Hasil studi sekaligus uji coba menunjukkan bahwa pengobatan dengan tocilizumab secara signifikan mengurangi kematian, dengan 596 (29%) pasien dalam kelompok tocilizumab meninggal dalam 28 hari, dibandingkan dengan 694 (33%) pasien dalam kelompok perawatan biasa.
Ini berarti perbedaan absolut 4% dan berarti bahwa untuk setiap 25 pasien yang diobati dengan tocilizumab, satu nyawa tambahan akan diselamatkan.
Oleh karena khasiatnya mengobati pasien Covid-19 gejala parah, obat tocizilizumab kini banyak dicari.
Harga obat ini termasuk mahal di pasaran.
Untuk satu injeksi saja, obat ini harganya bisa mencapai jutaan rupiah.
Prof Zullies menjelaskan penyebab obat tocilizumab begitu mahal.
Hal ini dikarenakan teknologi pembuatan obat tocilizumab berbeda dengan obat farmasi umumnya.
"Obat ini istilahnya adalah biological agent atau agen biologi. Jadi bukan senyawa kimia biasa seperti kita bikin parasetamol," jelas Prof Zullies.
Obat ini sejenis protein dan tidak bisa ditemukan di apotik biasa.
Source | : | Kompas.com,Grid Health |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR