Nakita.id - Gejala atau efek samping Covid-19 bagi setiap orang memang berbeda-beda.
Akan tetapi, belakangan di Indoia merebak kasus jamur hitam yang dinilai sudah tersebar luas.
Hingga kini, India mencatat lebih dari 45.000 kasus jamur hitam yang mematikan selama dua bulan terakhir.
Mengutip dari Kompas.com, Menteri Kesehatan Junior India, Bharati Pravin Pawar, mengatakan kepada parlemen bahwa lebih dari 4.200 orang telah meninggal karena jamur dengan nama ilmiah mucormycosis tersebut.
Sebelumnya, infeksi jamur hitam ini dianggap jarang terjadi.
Akan tetapi, kasusnya justru membengkak selama pandemi virus corona.
Infeksi jamur hitam ini dinilai lebih berisiko menyerang pasien yang sudah sembuh dari Covid-19.
Karena agresifnya infeksi jamur hitam ini, ahli bedah biasanya terpaksa menghilangkan mata, hidung, hingga rahang pasien untuk menghentikan penyebarannya ke otak.
Kantor berita AFP melaporkan, tingkat kematiannya di atas 50 persen.
Menurut data pemerintah, jumlah kasus jamur hitam tertinggi dilaporkan di negara bagian Maharashtra yaitu 9.348.
Sebelum pandemi Covid-19, di rata-rata hanya ada 20 kasus jamur hitam per tahun.
Waktu itu hanya orang-orang dengan kekebalan lemah yang berisiko terinfeksi, termasuk mereka yang memiliki kadar gula darah tinggi, HIV, atau penerima transplantasi organ.
Para ahli mengaitkan kenaikan kasus jamur hitam India baru-baru ini dengan penggunaan steroid yang berlebihan untuk mengobati Covid-19.
Pemerintah India menyatakan jamur hitam sebagai epidemi pada Mei 2021, ketika kasus-kasus melonjak dan media sosial dibanjiri bantuan meminta obat-obatan untuk mengobatinya.
Data pemerintah yang diajukan pada Selasa menunjukkan, jumlah infeksi memuncak selama Mei dan Juni lalu sejak itu menurun secara substansial.
Namun surat kabar Hindustan Times pada Senin (19/7/2021) melaporkan, terjadi peningkatan kasus di kalangan anak-anak negara bagian Rajasthan.
Apa Itu Jamur Hitam?
Infeksi jamur hitam disebabkan oleh jamur dari ordo Mucorales.
Mengutip dari Medical News Today, jamur ordo Mucorales mencakup spesies yang biasanya ditemukan di tanah, debu, vegetasi yang membusuk, dan kotoran hewan.
Sama halnya seperti Covid-19, infeksi jamur hitam ini bisa dicegah jika sistem imun tubuh baik.
Sayangnya, kombinasi beberapa penyakit di antaranya, diabetes, Covid-19, hingga pengobatan steroid-lah yang melemahkan kekebalan tubuh sehingga mikroorganisme ini muncul dan memicu hal yang fatal.
Tak hanya meningkatkan risiko Covid-19, diabetes nyatanya juga memicu kondisi jamur berkembang.
Akhirnya, jamur menghalangi aliran darah, membunuh jaringan yang terinfeksi, dan jaringan mati atau nekrotik inilah yang menyebabkan perubahan warna hitam pada kulit manusia.
Dan terjadilah infeksi tersebut juga disebut jamur hitam.
Istilah jamur hitam ini dicetuskan oleh Prof. Malcolm Richardson, seorang profesor mikologi medis di Universitas Manchester di Inggris, yang ditujukan pada jamur yang disebut dematiaceous, yang memiliki melanin di dinding sel.
Menurut Richardson, tanpa pengobatan yang cepat dan operasi untuk menghilangkan jaringan nekrotik, mucormycosis seringkali berakibat fatal.
Menurut riset 2021, sekitar 60 persen dari semua kasus terjadi selama infeksi virus Corona aktif dan 40 persen terjadi setelah pemulihan.
Secara total, 80 persen pasien menderita diabetes, dan 76 persen telah diobati dengan kortikosteroid.
Source | : | Kompas.com,Medical News Today |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR