Nakita.id - Ada kisah miris yang singgung soal orang yang tidak percaya dengan vaksin Covid-19.
Pemerintah saat ini mengimbau agar warganya melakukan suntik vaksin Covid-19.
Sayangnya, ada banyak berita hoaks soal vaksin Covid-19 yang membuat warga salah kaprah.
Karena itu, banyak warga yang takut hingga enggan untuk vaksinasi Covid-19, seperti kisah yang satu ini.
Nuryaman (60), warga Tegal, Jawa Tengah, sejak awal percaya dengan adanya virus corona SARS-CoV-2 dan mengerti bahwa saat ini tengah terjadi pandemi Covid-19 di berbagai negara.
Akan tetapi, sebaran hoaks yang masif, terutama sejak rencana vaksinasi nasional mulai digulirkan pemerintah, membuatnya terpapar informasi menyesatkan.
Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Selasa (20/7/2021), cerita ini diungkapkan oleh Helmi, putra Nuryaman.
Helmi mengatakan, ayahnya tak mau divaksinasi sejak beredar hoaks yang menyebut vaksin terbuat dari babi atau berbahaya, membuat Nuryaman menolak divaksinasi.
Ditambah lagi hoaks tentang interaksi obat yang diklaim memperburuk kondisi pasien Covid-19 yang akhirnya menyebabkan kematian.
Tak hanya itu, Menurut Helmi, ayahnya pun terpengaruh kabar sesat yang menyebut banyak orang "dicovidkan" oleh rumah sakit.
Sederetan hoaks itulah, yang menurut Helmi, membuat Nuryaman meninggal dunia akibat infeksi Covid-19.
"Setelah pertarungan beberapa hari, Papa kalah perang melawan Covid-19. Apa yang menyebabkan Papa kalah? Hoax berperan besar dalam hal ini, di luar komorbid," tulis Helmi dalam utas yang dibagikannya melalui akun Twitter, @HelmiIndraRP, pada 15 Juli 2021.
Nuryaman yang memiliki penyakit diabetes sempat tidak mau dibawa ke rumah sakit walaupun kondisinya semakin memburuk.
Helmi mengatakan, sang ayah takut "dicovidkan" pihak rumah sakit.
Namun, saat 8 liter oksigen yang digunakan untuk membantu Nuryaman bernapas habis, Helmi dan kakaknya segera membawa sang ayah ke rumah sakit.
Kondisi Nuryaman sempat membaik namun kembali drop, hingga akhirnya, Helmi menerima telepon dari kakaknya, mengabarkan bahwa sang ayah sudah meninggal dunia.
Nuryaman berpulang pada 14 Juli 2021. Helmi mengatakan, pengalaman pahit yang dialami dan dirasakannya membuat dia sadar terhadap bahaya dari informasi yang menyesatkan.
"Kalau dari yang saya rasakan, literasi digital itu ternyata harus ada. Kalau bahasa Islamnya kan memang kita harus ber-tabayyun terhadap semua informasi kan," ujar Helmi.
"Mencari informasi yang benar, meng-cross check semua berita, enggak cuma percaya dari satu saja, tapi yang perlu kita cek kan kajian ilmiahnya juga seperti apa," imbuhnya.
Helmi pun berpesan agar tidak mudah menyerah ketika mengedukasi orang tua dengan informasi yang benar, terutama yang berkaitan dengan Covid-19.
"Jangan putus semangat untuk ngingetin orangtua. Itu yang jadi salah satu penyesalan saya sebenarnya. Kok enggak setiap hari diingetin terus, minimal untuk vaksin lah," kata Helmi.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Sedih Pasien Covid-19 yang Terpapar Setelah Menolak Vaksin")
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | kompas |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR