Nakita.id - Tanpa sadar orangtua bisa memberikan label kepada anak selama proses tumbuh kembangnya.
Misalnya, ketika anak terus menerus menangis, tanpa sadar orangtua mungkin mengatakan Si Kecil cengeng.
Selain itu, ketika anak cukup aktif hingga sulit diberi tahu, orangtua tanpa sadar akan menyebut Si Kecil nakal, bandel, dan sebagainya.
Tentu saja hal-hal seperti itu tidak dibenarkan dalam proses tumbuh kembang Si Kecil.
Bahkan, tahukah Moms bahwa labelling yang diberikan juga bisa berdampak lo hingga anak besar nanti.
Dalam acara kolaborasi Sonora Parenting dengan Nakita.id, David Togatorop, Editor In Chief Nakita.id, menjelaskan dampaknya ketika orangtua tanpa sadar memberikan label kepada Si Kecil.
David menyebutkan bahwa ada alam bawah sadar pada setiap manusia yang menyerap apapun yang dialaminya selama ia tumbuh dan berkembang.
"Pikiran manusia terutama alam bawah sadar ini memiliki pikiran seperti spons, dia akan menyerap begitu saja tanpa disaring sama sekali," jelas David.
Pada pikiran yang secara sadar, manusia baru bisa memilih-milih informasi yang diterima.
Tetapi, untuk alam bawah sadar, hal itu akan menyerap begitu saja.
Bahkan, di kemudian hari, hal tersebut bisa saja teringat kembali meski sudah bertahun-tahun kemudian.
"Ada kejadian masuk memori kita, suatu saat itu ter-record akan muncul karena ada trigger-nya," jelas David.
Dan, hal inilah yang akan terjadi ketika orangtua tanpa sadar melabeli anak akan satu hal.
"Kalau labelling itu dilakukan berulang-ulang, bertumpuklah itu dalam pikiran anak, sehingga membentuk sebuah kebenaran dan itu bisa menyebabkan trauma," ujar David.
David juga menjelaskan bahwa label yang diberikan oleh orangtua bisa memengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya sendiri.
Demi menghindari hal itu, David pun memberikan tips untuk orangtua agar labelling tidak terjadi lagi.
1. Ubah pola pikir
Cara pertama yaitu mengubah pola pikir dan pola respons untuk menjadi lebih baik.
"Kita akan lebih bahagia kalau kita positif thinking," kata David.
2. Ubah cara mendeskripsikan
Kalau sudah mengubah pola pikir, ubahlah kebiasaan labelling pada anak dengan mendeskripsikannya.
"Jadi orangtua bisa melatih diri menggambarkan dengan kata-kata apa yang anak kita lakukan," jelas David.
Contohnya, anak sedang lari-larian di rumah dan ada barang pecah belah, sehingga orangtua khawatir barang tersebut jatuh.
"Jadi kita bisa bilang, 'Adik atau kakak abang, kalau kamu lari-lari nanti kamu enggak sengaja menyenggol, kalau kamu menyenggol jatuh itu gucinya mama, pecah nanti kena kaki kamu'," jelas David mencontohkan.
Cara ini akan lebih baik dibandingkan Moms langsung melabeli anak dengan kata-kata negatif.
"Jangan pada ujungnya saja, 'Kamu bandel, kamu nakal bikin barang mama pecah' jangan begitu," pungkasnya.
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR