Nakita.id - Bubur ayam merupakan salah satu makanan yang banyak disukai orang-orang.
Teksturnya yang lembut dan rasanya yang gurih membuat bubur ayam begitu nikmat ketika disantap.
Selain dimakan saat sarapan, bubur ayam juga kerap menjadi makanan alternatif yang dipilih saat seseorang sedang sakit.
Ya, karena saat sakit biasanya tenggorokan susah menelan, alhasil bubur ayam menjadi solusinya.
Bubur ayam juga dianggap begitu menyehatkan karena mengandung karbohidrat dan protein yang baik untuk tubuh.
Agar rasanya semakin nikmat, bubur ayam sering kali dilengkapi dengan berbagai topping.
Mulai dari cakwe, kacang goreng, sate usus, sate rempela ati, hingga sate telur puyuh.
Namun, tahukah Moms, topping yang Moms pilih ternyata bisa menentukan apakah bubur ayam akan sehat atau justru berbahaya ketika dikonsumsi, lo.
Baca Juga: Favorit! Sajikan Bubur Ayam Sukabumi sebagai Menu Sarapan Moms
Nah, salah satu topping bubur ayam yang patut diwaspadai adalah sate telur puyuh.
Melansir dari Sajiansedap.com, sate telur puyuh rupanya sangat tinggi kolesterol.
Rata-rata manusia hanya membutuhkan 1100 miligram kolestrol setiap harinya.
60-75 persennya pun telah disintesis sendiri oleh organ hati di dalam tubuh.
Sedangkan, satu tusuk sate telur puyuh yang berisi lima butir telah mengandung 422 miligram kolestrol.
Bahkan, jika dibandingkan dengan telur ayam pun cukup jauh perbedaannya.
Satu butir telur ayam hanya mengandung 211 miligram.
Baca Juga: Telur Puyuh Kuah Santan, Sajian Istimewa dalam Dua Langkah Cepat
Jadi, bisa Moms bayangkan jika mengonsumsi lebih dari satu tusuk telur puyuh.
Untungnya, studi-studi terbaru menunjukkan bahwa asupan kolesterol lewat makanan tidak begitu berdampak pada kolesterol dalam darah.
Oleh karena itu, konsumsi telur puyuh yang secukupnya seharusnya tidak akan menganggu kesehatan Moms.
Meski demikian, bila tetap merasa khawatir, Moms bisa secara signifikan mengurangi kadar kolesterol yang didapatkan dari telur puyuh dengan hanya memakan putihnya saja.
Source | : | sajiansedap.com |
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR