Nakita.id - Mitos vs fakta kehamilan perlu diluruskan agar Moms tidak percaya dengan hal yang belum tentu kebenarannya.
Biasanya, hal-hal seperti ini bisa berupa saran, larangan, atau sekadar komentar kepada ibu hamil.
Tentu saja, hal ini diberikan karena orang sekitar ingin ibu hamil bisa lancar menjalankan kehamilan hingga persalinan.
Baca Juga: Moms, Yuk Kenali 4 Jenis Batuk Pada Anak dan Cara Meredakannya
Tetapi disamping itu, penting untuk Moms ketahui bahwa mana yang salah, dan mana yang benar agar tidak serba salah saat melakukan aktivitas.
Salah satu mitos vs fakta kehamilan yang beredar, yaitu ibu hamil dilarang berendam terlalu lama.
Pasalnya, ibu hamil yang terlalu lama berendam bisa menyebabkan ketuban jadi berlebih.
Padahal, memang benar ketuban bisa lebih banyak, tetapi tidak ada kaitannya dengan Moms yang terlalu lama atau terlalu sering berendam.
Kondisi cairan ketuban yang terlalu banyak disebut dengan polihidramnion.
Melansir dari Medical News Today, ibu hamil yang alami polihidramnion umumnya tidak memiliki tanda atau gejala.
Kalau pun ada gejala yang muncul, maka ditandai dengan kesulitan bernapas, kontraksi prematur, atau nyeri di perut.
Baca Juga: Mitos VS Fakta Kehamilan, Benarkah Ibu Hamil Tidak Aman Naik Sepeda Motor?
Penyebab cairan ketuban yang terlalu banyak bisa bermacam-macam seperti sedang mengandung anak kembar atau ibu hamil mengidap diabetes.
Di samping itu, kondisi janin yang mengalami kesulitan menelan cairan ketuban, janin menghasilkan jumlah urin lebih banyak, infeksi pada janin, atau anemia pada janin juga bisa menyebabkan cairan ketuban lebih banyak dari normalnya.
Masalah pada janin seperti masalah dalam susunan genetik janin, paru-paru, sitem syaraf, ataupun malformasi kongenital juga bisa menyebabkan cairan ketuban lebih banyak.
Kondisi cairan ketuban yang lebih banyak ini perlu diwaspadai karena bisa meningkatkan risiko komplikasi pada janin ataupun ibu hamil.
Risiko komplikasi pada janin akibat cairan ketuban yang banyak di antaranya kelainan bawaan, ukuran atau posisi tidak normal sehingga sulit saat persalinan, posisi tali pusat berbahaya, hingga untuk kasus yang parah bisa menyebabkan kematian.
Sementara, risiko kompolikasi pada ibu hamil akibat cairan ketuban yang banyak, diantaranya terjadi persalinan prematur, waktu persalinan lebih lama, air ketuban pecah lebih diri, sulit bernapas, hingga pendarahan yang tidak terkontrol usai melahirkan.
Untuk mengetahui apakah ibu hamil dalam kondisi atau tidak, dokter bisa melakukan prosedur amniosentesis.
Dalam prosedur tersebut, dokter akan mengumpulkan sampel cairan ketuban dari rahim untuk dianalisis secara genetik.
Selain itu, bisa juga dilakukan tes darah untuk memeriksa apakah ada diabetes atau infeksi pada ibu.
Kalau benar terjadi, dokter bisa melakukan tindakan untuk mengurangi volume ketuban dengan melakukan amnioreduksi atau diberikan obat-obatan.
Jadi, tidak perlu lagi ya Moms percaya mitos vs fakta kehamilan yang menyebut cairan ketuban yang terlalu banyak disebabkan oleh ibu hamil yang berendam terlalu lama.
Rayakan Hari Ibu dengan Kenyamanan di Senyaman, Studio Yoga dan Meditasi Khusus Wanita Berdesain Modern serta Estetik
Source | : | Medical News Today |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR