Apa yang terjadi pada tubuh kita saat atau setelah menonton film horor?
Dilansir dari National Geographic, ada hal yang menyenangkan setelah kita menonton film horor.
Zlatin Ivanov, seorang psikiater menjelaskan bahwa setelah menonton film horor, otak kita akan berusaha untuk tenang.
Sebab pelepasan dopamin berkesinambungan dengan respons otak sehingga meningkatkan perasaan senang dan nyaman.
Menonton film horor juga berdampak positif karena adanya excitation transfer.
Fenomena excitation transfer ini dipopulerkan oleh seorang ahli psikologi komunikasi dari University of Alabama, Amerika Serikat, bernama Dolf Zillmann.
Zillmann menyatakan bahwa ada ketakutan yang dialami oleh penonton film horor yang kemudian dapat menumbuhkan emosi yang positif secara lebih intensif setelah menonton film horor.
Sebuah penelitian menemukan bahwa penggemar film horor nyaman merasa takut di tempat mereka menonton film horor.
Baca Juga: Tak Takut Diajak Sahabatnya Nonton Film Horor Annabele, Vanessa Angel: 'Lebih Sereman di Penjara!'
Ada berbagai macam orang menikmati film-film horor.
Ada yang menonton di kamarnya sehingga bisa rebahan di kasurnya, di bioskop yang disediakan kursi empuk, atau di ruang TV dengan sofa yang nyaman.
Ternyata, ada kenyamanan tersendiri ketika menonton film yang menakutkan, namun di situasi atau keadaan yang nyaman.
Psikolog klinis Margot Levin, PhD mengatakan pada Health bahwa menonton hal yang mengerikan dalam lingkungan yang terkontrol dan nyaman menjadi sesuatu yang diinginkan banyak orang.
Penelitian paling baru menyimpulkan bahwa menonton film horor secara optimal bisa menstimulasi stimulus di otak manusia.
Otak manusia akan memproses dan membuat penontonnya berpikir, apa yang akan terjadi apabila ancaman di dalam film tersebut nyata.
Dari situlah seseorang akan bereaksi melalui tubuhnya seperti detak jantung mulai naik, pupil mata membesar, tekanan darah naik, dan kaget bila ada adegan yang mengagetkan.
Bantu Kurangi Tanda Penuaan Dini, Collagena Hadir Penuhi Kebutuhan Kolagen Sebagai Kunci Awet Muda
Source | : | Forbes,Healthline,Health,National Geographic |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR