Nakita.id - Bibir sumbing sebetulnya terbentuk akibat bayi tidak memiliki langit-langit di dalam rongga mulutnya.
Akibatnya, gusi bagian depan dan bibirnya memiliki celah signifikan yang disebut sumbing.
Kondisi yang sering disebut sebagai cacat lahir ini umum terjadi saat bayi sedang berkembang di dalam rahim.
Selama minggu ke-6 hingga minggu ke-10 kehamilan, tulang dan jaringan rahang atas, hidung, dan mulut bayi biasanya bersatu membentuk langit-langit mulut dan bibir bagian atas.
Selain itu, bibir sumbing juga merupakan kelainan kongenital terbanyak di dunia.
Smile Train mencatat, terdapat 540 bayi di dunia dan 1 dari 700 bayi di Indonesia terlahir dengan kondisi sumbing dan atau celah langit-langit mulut.
Hal tersebut anak yang memiliki bibir sumbing ini banyak mendapatkan stigma buruk dari masyarakat.
Stigma tersebut bisa berdampak pada rasa kurang percaya diri pada anak.
Bahkan tidak jarang anak merasa cemas dan ingin menyerah terhadap masa depannya karena hal tersebut.
"Karena adanya perbedaan fisik, anak dengan bibir sumbing atau celah langit-langit mulut mengalami dampak psikis yang bisa berasal dari dalam maupun dari luar dirinya," kata Hanlie Muliani, M.Psi, Psikolog Klinis, Sahabat Orang Tua & Anak (SOA) Parenting & Education Support Center yang bermitra dengan Smile Train Indonesia, dalam acara virutal "Stop Bullying Bibir Sumbing," Jumat (10/9/2021).
"Misalnya merasa tidak seberuntung anak-anak lain, merasa diperlakukan tidak adil, hingga mengalami penolakan dari lingkungan sekitar berupa intimidasi, ejekan bahkan pengucilan," lanjut Hanlie.
Baca Juga: Yuk Moms Ciptakan Senyum Baru Anak Indonesia Berbibir Sumbing Bersama Smile Train
Kondisi tersebut karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang bibir sumbing dan cara menyikapinya.
Jika dibiarkan terus menerus anak dapat merasa minder, putus asa, dan kecewa dengan kehidupannya.
Selain itu, kondisi bibir sumbing juga berpotensi membawa dampak fisik seperti kesulitan bicara, makan, dan bernafas, sehingga penanganan sebaiknya dilakukan sedini mungkin.
"Oleh karena itu, tindakan operasi juga perlu disertai dengan penanganan komprehensif yang meliputi pendampingan psikologis, baik kepada pasien maupun keluarganya," ungkap Hanlie.
"Ajakan untuk Stop Bullying Bibir Sumbing! sesuatu yang baik dan perlu kita laksanakan secara konsisten," lanjut Hanlie.
Dalam sebuah keluarga orangtua juga harus menerima satu sama lain, khususnya menerima anak dengan kondisi sumbing.
"Penerima dan dukungan dari keluarga merupakan pondasi utama kepercayaan diri seorang anak, sayangi dan terima anak kita apa adanya dengan tulus apa adanya, " pungkas Hanlie.
Baca Juga: Smile Train Berikan Senyum Bagi Anak-Anak India Karena Operasi Gratis!
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Lolita Sianipar |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR